Arah Peta Koalisi Pilkada Magetan 2024

 

Oleh : Muries Subiyantoro

Alumni Ilmu Politik FISIP Unair Surabaya, Pegiat Demokrasi, dan Penggagas LoGoPoRI (Local Government and Political Research Institute) Magetan

 

 

Dinamika politik lokal Magetan menjelang perhelatan Pilkada November 2024 mendatang kian hari kian bergerak cepat dan begitu dinamis. Fenomena dinamika politik demikian, khususnya yang terjadi di tubuh partai-partai politik peroleh kursi DPRD Magetan hasil Pileg 2024 adalah sesuatu yang wajar dan seharusnyalah hal itu terjadi. Partai-partai politik menyadari bahwa mereka harus saling berkoalisi satu sama lain, harus bergandengan tangan satu sama lain. Sebab tidak ada satu pun partai politik yang mampu mengusung Paslon sendiri. Dan sejak Pilkada Magetan pertama kali digelar tahun 2008 sampai sekarang, fenomena keharusan koalisi antar-partai baru terjadi di Pilkada tahun ini.

Oleh sebab itu, menarik untuk di cermati dan di analisis sejauhmana keseriusan dan keberlangsungan serta keberhasilan partai-partai politik dalam berkoalisi untuk memenangkan kompetisi Pilkada Magetan nanti. Koalisi seperti kita ketahui bersama, secara umum bermakna sebagai bentuk kerja sama atau penggabungan antara beberapa partai politik guna mencapai kepentingan bersama yakni untuk memperoleh suara terbanyak dalam sebuah pemilihan. Pemilihan ini bisa dimaknai sebagai Pilpres maupun Pilkada (Pilgub, Pilwali, dan Pilbup).

Dalam kajian Ilmu Politik setidaknya terdapat 2 (dua) sifat koalisi partai politik. Pertama, Koalisi Taktis. Sifat dari penggabungan partai politik yang dibangun dalam koalisi taktis ini tidak untuk memenuhi kepentingan visi dan ideologi dari partai-partai politik tersebut. Koalisi ini dibangun berkaitan dengan keputusan dari oligarkhi elite kekuasaan yang mana memegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah partai. Kedua, Koalisi Strategis. Sifat dari penggabungan partai politik yang dibangun dalam koalisi strategis ini untuk pemenuhan kepentingan visi dan ideologi dari partai politik, dengan tujuan secara bersama-sama membentuk suatu pemerintahan baik di pusat maupun daerah yang kuat serta bertahan lama. Biasanya, koalisi ini dibangun atas dasar kepentingan partai politik secara kelembagaan dan keputusannya dilakukan juga secara bersama-sama dengan anggota koalisi lainnya.

Adapun dalam koalisi partai politik, setidaknya terdapat 3 (tiga) jenis koalisi. Pertama, Koalisi Potensial. Suatu keadaan dimana terdapat sebuah kepentingan yang muncul, sehingga tindakan koalisi berpotensi untuk diambil. Dalam koalisi potensial ini, dibagi lagi menjadi 2 (dua) hal, yaitu: Latent (belum terbentuk menjadi sebuah koalisi aktif) dan Dormant (sudah terbentuk koalisi sebelumnya tetapi sudah tidak aktif). Kedua, Koalisi Aktif. Suatu koalisi yang tengah berjalan. Dalam jenis koalisi aktif ini, dibagi menjadi 2 (dua) hal, yaitu: Koalisi Mapan (berupa koalisi yang aktif, relatif stabil, dan berlangsung dalam rentang waktu yang tidak terbatas dan Koalisi Temporer (berupa koalisi yang dibentuk untuk jangka pendek dan hanya fokus pada suatu isu tunggal saja. Ketiga, Koalisi Berulang. Yakni koalisi temporer yang masih tetap berlanjut sebab isu tunggalnya belum terpecahkan.

 

Poros Koalisi Partai Politik

Dalam rentang dua minggu terakhir ini, masyarakat di Magetan disuguhkan berbagai macam peristiwa politik lokal yang dilakukan partai-partai politik menjelang masa pendaftaran Paslon Cabup dan Cawabup. Peristiwa pertama adalah munculnya gagasan koalisi antara Nasdem dan Golkar dalam perhelatan Pilkada Magetan nanti. Partai-partai lain masih belum memiliki gagasan berkoalisi, tetapi kedua partai tersebut sudah mendahuluinya, walaupun yang menarik dalam gagasan koalisi Nasdem-Golkar ini masih belum memunculkan nama kandidat Bacabup maupun Bacawabup yang akan diusung. Namun, salah satu kader Nasdem Kang Suyat sudah banyak memasang baliho di seluruh wilayah Magetan. Apakah ini pertanda akan berangkat dari koalisi Nasdem-Golkar, kita tunggu perkembangan berikutnya.

Peristiwa kedua adalah munculnya berita undangan dari DPP PKB kepada kandidat Bakal Calon Kepala Daerah Bu Endang Nanik Rusminiarti (Bu Mantri) di media online, yang notabene adalah Wakil Bupati Petahana untuk mengikuti kegiataan ta’aruf. Dan setelah kejadian tersebut, PKB disinyalir bertemu dengan PPP, yang dimungkinkan untuk mematangkan potensi koalisi diantara kedua partai tersebut.

Kejadian yang terhangat adalah duduk bersamanya kelima pimpinan partai politik (PDI Perjuangan, Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN) untuk membuat perjanjian kersama (MoU) guna melakukan koalisi dalam pelaksanaan Pilkada Magetan ke depan. Koalisi ini juga menarik dicermati, karena menjadi koalisi yang paling besar dan paling banyak komposisi partai politiknya, sekaligus menduduki kursi mayoritas di parlemen yang baru nanti. Namun demikian, koalisi kelima partai tersebut juga masih belum secara spesifik memunculkan nama kandidat Bacabup dan Bacawabupnya.

Dari ketiga peristiwa politik di atas, maka di atas kertas publik bisa memiliki pemahaman akan muncul 3 (tiga) poros utama koalisi dan 3 (tiga) Paslon Bacabup dan Bacawabup. Namun, apakah benar demikian adanya? Jawabannya adalah bisa Ya, bisa Tidak. Diantara kemungkinan ketiga poros koalisi yang terbentuk di atas, Koalisi Nasdem-Golkar dan Koalisi PDI Perjuangan-Gerindra-Demokrat-PKS-PAN masih belum berani secara terbuka memunculkan nama kandidat Bacabup dan Bacawabup, dengan alasan bahwa saat ini masih memberikan kesempatan secara terbuka kepada semua pihak yang ingin mendaftar sebagai Bacabup dan Bacawabup di partainya masing-masing, sehingga masih melakukan penjaringan. Namun, pernyataan Sujatno sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan dan Ketua DPRD Magetan yang akan mendaftarkan diri di semua partai koalisi menjadi isyarat yang bersangkutan ingin berangkat dari koalisi kelima partai ini. Dan maraknya baliho Kang Suyat juga bisa menjadi indikator akan keseriusan yang bersangkutan maju bersama koalisi kedua partai yang ada.

Berikutnya adalah PKB, yang dimuat di media online yang sudah banyak dibaca publik, tentang Surat dari DPP PKB yang ditujukan langsung kepada Endang Nanik Rusminiarti (Bu Mantri) untuk mengikuti kegiatan ta’aruf dengan seluruh kandidiat Bacakada dan Bacawakada di seluruh Jawa Timur. Pertanyaan kritis muncul apakah yang diundang hanya Bu Mantri ataukah sebenarnya ada yang kader yang lain. Karena di lapangan muncul baliho juga dari Ida Yuhana Ulfa (Mbak Ida) yang notebene adalah suami dari Gus Wachid mantan Ketua DPC PKB Magetan

Terlepas dari siapakah nama-nama Bacabup atau Bacawabup nanti, yang menarik dari pembacaan peta politik lokal di Magetan saat ini adalah, “kekuranggairahan” dari sosok atau figur yang menjadi “buah bibir” di masyarakat untuk menjadi Bacabup atau Bacawabup. Hal ini agak berbeda apabila dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang lebih semarak dinamika politiknya. Sehingga hal tersebut juga membuat kesulitan tersendiri dari partai-partai yang ada untuk berani memunculkan para kandidatnya di tambah lagi bahwa partai politik saat ini dipaksa harus berkoalisi satu sama lain.

Dari semua uraian di atas, maka dapat bisa dipahami apakah koalisi yang sudah dibangun diantara ketiga poros tersebut benar-benar serius atau hanya sekadar “rog-rog asem”, demi untuk memikat para kandidat bacabup atau bacawabup keluar dari “pertapaannya”. Berikutnya adalah, apakah poros koalisi yang sudah ada saat ini akan bisa dijaga semangat kebersamaanya mulai dari tingkatan Kabupaten, Provinsi dan Pusat. Jangan sampai nanti yang terjadi adalah, ketika poros koalisi yang dibangun di daerah adalah Koalisi Strategis, tetapi yang terjadi di Pusat adalah Koalisi Taktis. Jika hal ini terjadi maka bangunan koalisi yang sudah dibangun saat ini akan sulit dipertahankan.

Berikutnya adalah, apakah bangunan poros koalisi yang ada saat ini tergolong sebagai Koalisi Potensial ataukah Koalisi Aktif. Jika poros koalisi yang ada selama ini mengarah kepada Koalisi Aktif dengan jenis Koalisi Mapan maka akan sangat besar kemungkinan poros koalisi akan bisa bertahan lama. Namun jika poros koalisi yang ada adalah Koalisi Potensial atau Koalisi Aktif tetapi masuk kategori Koalisi Temporer, maka sangat dimungkinkan tidak akan bertahan lama.

Lebih penting dari itu semua adalah bagaimana sebenarnya partai-partai melalui poros koalisi yang ada mampu menangkap keinginan dan kehendak masyarakat Magetan untuk mencari figur pemimpin yang bisa mengayomi dan membawa Magetan semakin maju terdepan dengan segala sumber daya yang dimilikinya, baik alam maupun manusianya.

Check Also

Diduga Ada Pelanggaran, 16 TPS di Magetan Dilaporkan ke Bawaslu

Diduga Ada Pelanggaran, 16 TPS di Magetan Dilaporkan ke Bawaslu

  SeputarKita, Magetan – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Magetan pada 27 November 2024 masih …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *