JADI GURU HARUS IKHLAS

 

Oleh : Imam Yudhianto S.

Mahasiswa PAI STAIM Magetan

 

Secara seorang guru diharapkan menjadi sosok teladan yang dapat dikagumi, dipercaya, diterima dan ditiru. Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang maknanya, di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi semangat merupakan ungkapan harapan untuk karakter wajib guru yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bapak pendidikan Indonesia.

Pepatah ini seharusnya mampu menggugah semangat mengajar dan mendidik guru di zaman now seperti saat ini.

Guru menempati kedudukan penting dan sentral dalam proses pendidikan (pembelajaran). Berhasil tidaknya proses penyampaian ilmu (kepada siswa) dalam kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, peran penting guru harus didukung oleh kualifikasi tenaga pengajar (guru). Guru haruslah orang-orang yang berkepribadian baik, berwawasan luas, dan mampu membentuk sumber daya manusia yang cerdas, mandiri, dan beretika. Jika tidak, guru akan menjadi pihak yang paling sering disalahkan ketika situasi pendidikan berada dalam kondisi yang buruk (walaupun kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan guru). Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki banyak keterampilan, baik pendidikan, sosial, dan profesional. Dan yang tak kalah pentingnya adalah guru harus mempunyai ETIKA dan AGAMA karena itulah “benteng terakhir” pendidikan. Adanya oknum guru yang menghina dunia pendidikan dengan tindakannya yang tidak beretika dan tidak beretika tentu membuat kita bertanya-tanya: “Jika guru tidak lagi dikagumi dan ditiru, apa jadinya anak didiknya?

Di tengah upaya pemerintah melalui penerapan kurikulum merdeka, tentunya harus dibarengi dengan niat tulus untuk bersatu demi mencapai misi tersebut. Kita dijiwai dengan filosofi Jawa “Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe”.

Guru kerap digambarkan sebagai sosok yang sangat mulia akhlaknya, berilmu, sederhana dalam hidupnya dan berakhlak mulia. Ia dengan senang hati memberikan pelajaran kepada siswanya meski tanpa imbalan. Maka tak heran jika guru dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sebagai seorang panutan Guru tidak boleh terikat oleh ruang dan waktu. Dimanapun dan kapanpun guru harus tetap menjadi guru, guru harus dikagumi dan diteladani. Inilah gambaran guru ideal, karismatik dan penuh kewibawaan.

Lantas bagaimana dengan kondisi guru saat ini?

Pertanyaan ini tidak perlu dijawab dengan kata-kata, untuk memperbaikinya tentu saja kita semua cukup memikirkannya. Saat ini mayoritas guru belum memiliki kualitas akademis yang berdaya saing, berkapasitas sebagai motivator penggerak, dan skill keteladanan yang diharapkan. Bahkan keikhlasan sebagai ruh pendidikan hampir terlupakan, meskipun unsur keikhlasan ini bersifat abstrak namun mempunyai pengaruh yang luar biasa. Guru yang ikhlas tidak lagi mempersoalkan besaran gajinya, tidak lagi menunjang profesinya. Eforia saat ini guru lebih mementingkan manajemen daripada mencari strategi efektif untuk menghasilkan siswa yang unggul dan berkarakter. Saat ini transfer informasi lebih penting dibandingkan transfer nilai, keduanya harus bisa seimbang. Sehingga pembelajaran yang diberikan hampir tidak ada gunanya. Banyak anak menjadi cerdas namun kurang beretika, banyak anak menjadi pintar namun berani melawan guru, mencelakakan guru, mengkriminalisasi guru bahkan membunuh guru. Sungguh menyedihkan dan ironis.

Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November adalah momen yang tepat untuk mengembalikan keutuhan guru. Semua guru hendaknya meningkatkan niat mengajarnya. Arahkan tujuan mengajar pada ibadah, ikhlas menambah dan mentransfer ilmu dan nilai nilai luhur. Insyaallah Pendidikan Indonesia akan menjadi berkah dan makin bermanfaat. Sehingga mampu menghasilkan generasi penerus estafet kepemimpinan bangsa yang berkarakter, berkembang dan lebih baik, otaknya cerdas, imannya kuat, dan akhlaknya mulia. Terakhir, Guru yang patut diteladani dan ikhlas adalah mercusuar suatu bangsa, penggerak suatu bangsa. Guru yang hebat bagi Indonesia untuk maju. Bersikaplah tulus dalam tindakan Anda, meskipun perubahannya tampak kecil. Tidak peduli perubahan kecil apa pun, jika setiap guru melakukannya secara bersamaan, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak. Melalui pengajaran yang ikhlas, melalui pembelajaran yang ikhlas, lahirlah generasi bangsa yang berkualitas, Insyaallah. Selamat Hari Guru !!!

Check Also

Etika Jadi Barang Langka

  Oleh : Muries Subiyantoro Guru BK SMPN 1 Magetan, Pegiat Demokrasi, dan Penggagas LoGoPoRI …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *