Antara Janji dan Realisasi (Refleksi Lima Tahun ProNa)

Oleh : Muries Subiyantoro

Guru BK SMPN 1 Magetan, Pegiat Demokrasi, dan Penggagas LoGoPoRI (Local Government and Political Research Institute) Magetan

 

Bupati Magetan Suprawoto dan Wakil Bupati Magetan Nanik Endang Rusminiarti telah mengakhiri masa jabatan sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Magetan Periode 2018-2023 pada tanggal 24 September 2023. Estafet kepemimpinan di Magetan selanjutnya dipercayakan kepada Hergunadi sebagai Penjabat (Pj) Bupati Magetan. Selama lima tahun memimpin Magetan, Pasangan ProNa ini memiliki beberapa catatan yang pernah ditorehkan untuk kemajuan Magetan, namun juga memiliki banyak pekerjaan rumah yang masih belum terselesaikan. Tulisan ini berangkat dari hipotesis awal visi, misi, dan program dan/atau janji kampanye Pasangan ProNa lima tahun silam dengan dikaitkan realitas yang ada pada saat ini. Apakah program dan/atau janji ProNa dulu sudah direalisasikan sepenuhnya atau masih banyak program dan/atau janji yang terbengkelai, atau malah justru ada banyak kemajuan yang berangkat bukan dari program dan/atau janji yang telah ditetapkan?

 

Antara Harapan dan Kenyataan

Kita masih ingat ketika lima tahun lalu pasangan ProNa mengusung tagline Magetan SMART (Sehat Maju Agamis Ramah Terampil) dengan menggagas sepuluh program yang telah ditetapkan yaitu: Modal Usaha Bunda Sejahtera Rp 10 juta/RT, Pondok Kesehatan Desa, Infrastruktur Tuntas, Petani Bungah (Bibit Unggul, Pupuk Mudah dan Murah), Magetan Cerdas dan Religius, PRO-Magetan (Produk Magetan untuk Magetan), Persemag Bangkit, Desa Wisata, Pasar Desa, dan Modal Usaha Anak Muda Rp 20 juta/kelompok.

Pasangan ProNa mulai memimpin Magetan sejak September 2018 dan pada bulan Maret 2020 negara kita dilanda wabah Covid-19 hampir dua tahun lamanya. Sehingga kepemimpinan ProNa memang dalam posisi antara normal dan tidak normal ketika dilanda wabah Covid-19. Hal ini mengakibatkan Pasangan ProNa pada waktu itu harus berpikir keras untuk melaksanakan program-program yang telah dijanjikan dengan dipadukan adanya adaptasi di segala bidang menyesuaikan kondisi ketika dilanda wabah Covid-19.

Pada setengah tahun pasca dilantiknya Pasangan ProNa ini menjadi pasangan bupati dan wakil bupati terpilih, dihadapkan pada hajatan politik nasional yaitu Pemilu Serentak 2019. Sehingga gaung kepemimpinan ProNa hampir tidak tampak karena publik fokus pada hiruk pikuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilu untuk memilih Anggota DPR RI, DPD, DPRD Provini, dan DPRD Kabupaten. Hal ini ditambah lagi dengan pemikiran Pasangan ProNa yang memang tidak membuat program 100 hari kerja.

Di antara program yang diusung ProNa yang sampai saat ini masih belum banyak perkembangan signifikan adalah Program Persemag Bangkit. Hal ini ditunjukkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini kiprah Persemag sebagai klub sepakbola kebanggaan warga Magetan belum menampakkan prestasi yang membanggakan. Padahal potensi olahraga khususnya sepakbola dengan kehadiran Persemag akan menjadi daya tarik tersendiri yang akan mampu menyedot animo masyarakat Magetan. Penulis ingat betul ketika sewaktu SD sering melihat Persemag bertanding di Stadion Yosonegoro dengan memberikan dukungan sebagai supporter. Kerinduan masyarakat Magetan untuk datang berbondong-bondong ke stadion mendukung klub kesayangannya amatlah di nanti-nantikan sekarang ini.

Program Modal Usaha Bunda Sejahtera Rp 10 juta/RT yang dicanangkan ProNa ketika awal kampanye menjadikan magnet tersendiri dari masyarakat Magetan. Dengan harapan agar program tersebut benar-benar terealisasi, sehingga perputaran ekonomi khususnya di level paling bawah RT/RW bisa bergeliat. Namun demikian program ini nampaknya jauh panggang dari api, sampai kepemimpinan ProNa berakhir, program satu ini sepertinya jalan di tempat. Tidak ada perkembangan signifikan dari program ini. Jika memang program ini belum maksimal terealisasi karena masuknya wabah Covid-19, masyarakat akan bisa memaklumi jika ada penjelasan kepada publik akan berbagai kendala yang ada. Namun sepanjang pengamatan penulis memang belum ada pemahaman dan penjelasan kepada publik kenapa program satu ini belum maksimal dijalankan.

Salah satu prestasi yang didapat ProNa ketika memimpin Magetan selama lima tahun terakhir ini adalah diperolehnya penghargaan dari Pemerintah Pusat dalam mengurangi dan menanggulangi stunting. Hal ini bisa terjadi karena program Pondok Kesehatan Desa mampu dijalankan dengan baik, setidaknya adanya peningkatan pelayanan kesehatan di level paling bawah (desa/kelurahan) yang semakin berkualitas. Sehingga potensi stunting di masyarakat bisa segera diketahui dan dicarikan solusi penanganannya. Kolaborasi partisipatif antar stakeholders terkait bisa berjalan dengan lancar selama ini.

Program Petani Bungah (Bibit Unggul, Pupuk Mudah dan Murah) yang sangat diharapkan oleh masyarakat Magetan khususnya kaum petani, tampaknya masih jalan di tempat. Munculnya keluhan dari para petani dengan persoalan klasik ketika panen harga padi rendah, dan ketika musim tanam harga pupuk tinggi masih terus menggelayuti kaum petani Magetan. Petani Magetan sebenarnya sangat berharap kepada kepemimpinan ProNa selama lima tahun ini adanya langkah-langkah progresif untuk menghadapi tengkulak dan permainan pasar. Seyogyanya ada terobosan signifikan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang pro-petani, karena mayoritas penduduk Magetan adalah bermata pencaharian petani.

Populasi kelompok usia produktif (kaum muda) di Magetan yang jumlahnya hampir 40% dari seluruh jumlah penduduk Magetan adalah potensi yang bisa digalang dan dikembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dan pasangan ProNa ketika di awal kampanye memiliki program Modal Usaha Anak Muda Rp 20 juta/kelompok. Program yang ideal ini ternyata dalam perjalanannya mengalami stagnanisasi. Bahkan yang terjadi di masyarakat selama ini banyak muncul fenomena “bank titil” atau “bank suwek” yang alih-alih membantu masyarakat meminjamkan bantuan modalnya, tetapi justru itu membuat buah simalakama bagi masyarakat sendiri.

Masuknya dua kampus ternama di Indonesia, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas 11 Maret Surakarta (UNS) di Magetan patut kita apresiasi setinggi-tingginya. Perhatian pasangan ProNa terhadap pendidikan sangat getol selama ini. Terobosan di bidang pendidikan ini menjadikan Program Magetan Cerdas dan Religius menemukan titik temunya. Di harapkan dengan masuknya dua kampus tersebut di Magetan akan menjadikan dinamika perkuliahan dan dinamika keaktivisan dari mahasiswa semakin berkembang. Harapan akan munculnya organisasi intra kampus dan ekstra kampus, seperti kelompok Cipayung (HMI, PMII, GMNI, GMKI, dan PMKRI) misalnya akan mampu menumbuhkan daya kritis mahasiswa sehingga akan mampu memberikan kontribusi pemikiran untuk perkembangan dan kemajuan Magetan. Selain dari itu, ketika masuknya dua kampus tersebut di Magetan akan mampu menggeliatkan roda ekonomi masyarakat di sekitar kampus dan sangat membantu mahasiswa asli Magetan dalam menekan biaya, misalnya biaya transport, biaya makan, biaya kos, dan sebagainya.

Kabupaten Magetan yang dikenal juga dengan pariwisatanya, membuat pasangan ProNa di awal kampanyenya membuat konsep program Desa Wisata. Program ini sangat bagus untuk bisa menumbuhkan sektor pariwisata di desa. Munculnya wisata baru (Hidden Paradise) di Desa Randu Gede misalnya, sedikit banyak juga akan mampu mendongkrak sektor ekonomi wisata di desa. Namun sebenarnya masih banyak potensi desa wisata yang belum tergarap dengan maksimal. Misalnya potensi Desa Temboro yang bisa dikembangkan sebagai konsep desa kawasan wisata religi. Lantas Makam Gubernur Soerjo yang terletak di tengah Kota Magetan bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah. Jangan sampai potensi wisata di desa yang masih bisa dikembangkan ini, lepas dari perhatian pemerintah kabupaten dan hanya menjadi urusan dan tanggung jawab masing-masing desa semata. Dan tak kalah penting adalah penataan pariwisata di Sarangan harus menjadi perhatian serius dari pemerintah kabupaten. Penulis berharap ketika pasangan ProNa memimpin Magetan pada waktu itu, akan mampu menata ulang sarana-prasarana, pelaku sektor pariwisata (mulai dari pedagang, pemilik kuda, pemilik kapal, pemilik hotel dan sebagainya) untuk bisa duduk bersama-sama berpikir membenahi dan mengembangkan Sarangan menjadi lebih baik lagi daripada sekedar seperti kondisi saat ini.

Program pengembangan UKM terus digalakkan oleh pasangan ProNa selama lima tahun terkahir ini dengan mewujudkan program PRO-Magetan (Produk Magetan untuk Magetan). Sejak ProNa memimpin lima tahun lalu hingga berakhir saat ini, sudah banyak tumbuh UKM-UKM yang ada di masyarakat dengan berbagai ragam jenis produk unggulannya. Ada banyak UKM yang produknya tidak hanya dipasarkan di Magetan, tetapi juga sudah merambah keluar Magetan. Harapan dibangunnya gedung promosi selama ini adalah untuk bisa membantu para pelaku UKM dalam memasarkan produknya, namun sayang nampaknya berbagai kegiatan belum nampak signifikan dilakukan selama ini. Harus ada “kampanye” dan promosi yang massif terus digalakkan untuk mengenalkan sesama produk Magetan untuk dibuat dan dinikmati sesama warga Magetan.

Pasar menjadi tempat transaksi ekonomi masyarakat dalam membeli dan menjual dagangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Persoalan klasik selama ini adalah stigma bahwa pasar tradisional adalah pasar yang kumuh sehingga membuat masyarakat kurang nyaman dalam melakukan transaksi mulai dibenahi oleh pasangan Prona dengan mengembangkan Program Pasar Desa. Pembangunan Pasar Desa maupun rehab pasar desa yang dilakukan akan membuat masyarakat membuat nyawan dalam melakukan proses jual-beli. Selain itu kebijakan pasangan ProNa yang tidak atau menghentikan ijin pasar modern adalah langkah yang patut di apresiasi, untuk melindungi pasar tradisional tidak mati suri.

Program nyata yang bisa dilihat dan dirasakan oleh masyarakat adalah Program Infrastruktur Tuntas. Selama ProNa memimpin telah banyak infrastruktur yang telah dibangun, walaupun ada juga infrastruktur yang belum maksimal dijalankan. Kehadiran beberapa taman kota di Magetan membuat dan memanjakan masyakarat Magetan untuk menikmati kesejukan alam di tengah kota. Perbaikan paving trotoar di sepanjang jalan protokol di tengah kota juga membuat kenyamanan dan keleluasan masyarakat sebagai pengguna jalan. Rehab Pasar Baru Magetan yang semakin nampak rapi dan indah tertata, walau dengan segala pernak-pernik persoalan yang didalam pembangunannya, tetapi membuat masyarakat semakin nyawan berkunjung ke Pasar Baru Magetan. Pembangunan/rehab Stadion Yosonegoro yang telah selesai dikerjakan, membuat masyarakat Magetan pecinta olahraga bisa melakukan kegiatan olahraga sehari-hari dengan nyaman. Pembangunan Taman Refugia dan Gedung Literasi, walaupun dengan segala kontroversinya, membuat masyarakat Magetan dan di luar Magetan bisa menikmati wisata kebun bunga. Ingatan kita masih lekat bahwa lahan pembangunan Taman Refugia adalah lahan produktif pada waktu, maka harus diimbangi bagaimana pemasukan pendapat daerah dari Taman Refugia bisa signfikan didapat. Selain itu penggunaan Gedung Literasi yang seharusnya menjadi perhatian khusus agar masyarakat Magetan memiliki daya tarik literasi tinggi dan tidak hanya sekedar digunakan sebagai tempat perkuliahan kampus UNS yang ada di Magetan semata. Selanjutnya tentunya masih banyak pekerjaan rumah perbaikan dan pembangunan infrastruktur di Magetan yang belum digarap secara maksimal, sebagai contoh bagaimana kondisi PPU Maospati selama ini, konsepnya mau di buat apa dan bagaimana. Karena lokasi yang sangat strategis antara jalan poros utama Magetan-Ngawi dan Magetan-Madiun. Berikutnya perbaikan jalan kabupaten yang masih belum terselesaikan dengan maksimal di berbagai tempat.

 

Sebuah Kontemplasi

Tulisan saya ini adalah pendapat pribadi sebagai sebuah bentuk kontemplasi dari kepemimpinan ProNa selama lima tahun terkahir ini. Semua orang bisa sependapat dan juga bisa tidak sependapat dengan pendapat di opini ini. Hal tersebut adalah hal biasa dalam sebuah perjalanan demokrasi. Tetapi setidaknya saya mencoba ada ruang terbuka untuk terus berdiskusi dengan semua lini untuk kemajuan Magetan tercinta.

Saya membayangkan bahwa pemimpin itu akan terus menyapa, menggali informasi dan terus sambang-sambung silaturahmi dengan rakyatnya dan mampu mewujudkan impian dan harapan masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang akan dan telah dibuatnya. Karena sesungguhnya tagline Magetan selama ini yaitu Magetan Kumandhang Yen Kabeh Tumandhang akan bisa terwujud apabila antara pemimpin dengan yang dipimpin memiliki posisi daya tawar yang sama tanpa harus menghilangkan dan mengurangi adab serta fatsun politik selama ini. Matur nuwun Bupati Suprawoto dan Wakil Bupati Endang Nanik Rusminiarti telah memimpin Magetan lima tahun terakhir ini dan Selamat Bertugas Pak Hergunadi sebagai Penjabat Bupati.

Check Also

Catatan LoGoPoRI Magetan Terhadap Sirekap

Oleh : Muries Subiyantoro Guru BK SMPN 1 Magetan, Pegiat Demokrasi, dan Penggagas LoGoPoRI (Local Government …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *