Memaknai Haul Gubernur Soerjo

 

Oleh : Muries Subiyantoro

Anggota IKPNI (Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia)

Nomor Anggota : 0144/W/ALB-G3/00294-001-001

Keluarga Pahlawan Nasional R.M.T.A. Soerjo

 

Pernah terdengar di telinga kalian tentang Kabupaten Magetan? Apa yang pertama kali terbesit dibenak kalian? Bahkan ketika penulis sedang berada di kota-kota besar (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar, dsb) ketika menyebut kata Kabupaten Magetan banyak yang tidak mengenalnya, tetapi lebih familiar dengan Kota Madiun atau Maospati karena terdapat Lanud Iswahyudi yang ternyata di benak masyarakat awam dipersepsikan lokasinya di Kota Madiun, padahal sebenarnya ada di Magetan.

Dan jika ada publik yang mengetahui/mengenal kata Kabupaten Magetan, dalam benaknya hampir dipastikan terbesit kata Telaga Sarangan atau Gunung Lawu. Tetapi pernahkah publik ketika mendengar kata Kabupaten Magetan dalam benaknya terbesit sosok Pahlawan Nasional Gubernur Soerjo? Hampir dipastikan jarang terbesit dalam benak mereka, bahkan publik selama ini mempersepsikan bahwa Gubernur Soerjo itu ada di Mantingan Ngawi karena disitu terdapat Patung Monumen Soerjo yang dibangun cukup besar.

Namun lambat laun seiring dengan perjalanan waktu dan sejarah, saat ini pelan-pelan mata publik sudah melihat, telinga publik sudah mendengar bahwa di Magetan terdapat Makam Pahlawan Nasional Gubernur Soerjo yang terletak di Jalan Salak Sawahan Kepolorejo Magetan. Sebuah makam keluarga yang dinamai dengan Makam Kerto Sasono Mulyo, dan di makam tersebut disemayamkan 5 (lima) Bupati Magetan dari trah Ndalem Ngeksipurno di mulai dari Bupati Kertonegoro, Bupati Surodiningrat III, Bupati Kertohadinegoro (Gusti Lider), Bupati Hadiwinoto, dan Bupati Soerjo/Gubernur Soerjo.

 

Substansi Haul

Haul adalah peringatan atas kematian seseorang yang biasanya diadakan selama setahun sekali dengan tujuan utamanya yaitu mendoakan ahli kubur agar semua amal beserta ibadah yang dilakukannya dapat diterima oleh Allah SWT. Biasanya, para keluarga yang masih kerabat dekat dengan seseorang yang telah meninggal tersebut akan mengadakan acara haul pada hari serta tanggal yang telah disepakati bersama oleh keluarganya.

Peringatan haul sedianya diisi dengan menuturkan biografi orang-orang alim dan saleh guna mendorong orang lain untuk meniru perbuatan mereka. Peringatan haul yang biasa diadakan secara bersama-sama akan menjadi penting bagi umat Islam untuk sekadar bersilaturahim satu sama lain, lalu berdoa sembari memantapkan diri untuk mencontoh segala tauladan dari para pendahulu kita, serta menjadi forum penting untuk menyampaikan nasihat-nasihat keagamaam.

Manfaat haul pun juga bisa kita petik bersama-sama. Diantaranya pertama, manfaat bagi orang-orang yang dihaulkan. Mengapa? Karena didoakan banyak orang. Bahwa di antara bentuk kemanfaatan yang dapat diberikan oleh orang yang masih hidup kepada orang yang sudah meninggal dunia adalah doa. Kedua, manfaat buat pihak yang mengadakan haul. Bagi yang mengadakan haul, supaya ingat kembali pada tokoh yang dihaulkan bahkan orang tua atau leluhur yang sudah mendahului.

Ketiga, manfaat haul untuk memperkuat silaturahim dan ukhuwah antarwarga. Dalam acara haul kita dapat bertemu saudara, teman, senang dan bahagia kumpul bersama-sama. Keempat, manfaat haul sebagai ibrah/pelajaran/hikmah bagi umat. Dengan acara haul menjadi ibrah/pelajaran bagi ummat bahwa setiap orang akan berniat/berusaha menjadi figur yang memberikan kesan baik supaya jadi perbincangan baik bagi orang-orang yang ditinggalkan.

 

Sejarah Haul Gubernur Soerjo

Proses muncul dan diadakannya haul Gubernur Soerjo ini bermula pada tahun 2020, tepatnya satu bulan sebelum wabah Covid-19 masuk ke tanah air, terdapat peristiwa terbakarnya sebagian kamar di Ndalem Ngeksipurno, rumah bersejarah milik Eyang Hadiwinoto ayah mertua Gubernur Soerjo yang sudah berdiri sejak tahun 1885. Banyak media yang meliput pada waktu itu dengan tema “Rumah lima Bupati Magetan terbakar”. Pasca peristiwa kebakaran tersebut, penulis banyak diingatkan oleh para sesepuh untuk menemukan “ageman”nya eyang-eyang terdahulu. Dan ternyata makna/arti maksud “ageman” tersebut adalah Thoriqoh/Tarekat.

Setelah “ageman” tersebut ketemu, penulis secara alamiah mengalami peristiwa-peristiwa spiritual yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Termasuk kaitannya dengan kematian Gubernur Soerjo, bahwa tanggal kematian beliau keluarga yakini pada tanggal 12 Nopember 1948. Setelah Gubernur Soerjo menyelesaikan kegiatan peringatan Hari Pahlawan di Yogyakarta tanggal 10 Nopember 1948 lantas berpamitan pulang menuju Madiun, dan ketika sampai Surakarta sudah menjelang malam lantas diminta Residen Surakarta Soediro pada waktu itu untuk bermalam semalam, Gubernur Soerjo mengamini permintaan Soediro.

Dan keesokan paginya dilanjutkan perjalanan pulang dari Surakarta menuju ke Madiun pada tanggal 11 Nopember 1948. Sesampainya di daerah Mantingan Ngawi sekitar bakda Dhuhur menjelang Ashar bertemu dan dicegatlah Gubernur Soerjo dengan pasukan pro komunis pimpinan Maladi Yusuf. Lantas Gubernur Soerjo ditangkap, disiksa dengan keji dan kejam bahkan sampai dibawa ke Kali Klakah yang berjarak hampir 5-10 km dari tempat pertama dicegat/ditangkap. Dari literasi lisan keluarga yang di dapat penulis, bahwa Gubernur Soerjo adalah orang terakhir yang dibunuh, karena sebelumnya dicoba diupayakan dibunuh tidak segera terbunuh. Dan peristiwa spiritual yang di dapat penulis, bahwa Gubernur Soerjo meninggal dini hari antara pukul 02.00-02.30 pada tanggal 12 Nopember 1948.

Maka pada tahun 2021 lalu, penulis bersama-sama dengan beberapa komunitas yang ada di Magetan, diantaranya adalah Komunitas Marek Bareng Ulama (K-Mebul) Magetan, FKUB (Forum Komunikasi Ummat Beragama) Magetan, FKPP (Forum Komunikasi Pondok Pesantren) Magetan, PA-GMNI (Persatuan Alumni-Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Magetan, dan tentunya berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan dalam hal ini Bakesbangpol sepakat untuk melaksanakan haul Gubernur Soerjo untuk kali pertama di Magetan dalam sepanjang sejarah sejak beliau wafat 1948.

Haul dilakukan pada tanggal 11 Nopember 2021 (diambil malam sebelum tanggal 12 Nopember), bertempat di pelataran Masjid Kompleks Makam Kerto Sasono Mulyo Magetan. Haul Gubernur Soerjo pada tahun 2021 lebih tepatnya disebut sebagai haul gotong-royong, karena didukung, dibantu dan di sengkuyung banyak pihak. Alas tempat duduk bersila kita pinjam terpal dari BPBD Magetan, konsumsi (makam-minum) selain dapat bantuan dari Pemkab Magetan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak, ada yang membawa buah, membawa minuman kopi dan teh, membawa jajanan polo-pendem, ada yang membantu dana seikhlasnya, ada yang membantu membuatkan banner dsb.

Peserta yang hadir pada haul Gubernur Soerjo tahun 2021 berasal dari berbagai macam latar belakang, ada pejabat dinas/kepala OPD, ada Kyai/Gus, ada komunitas pecinta sejarah dari Magetan, Ponorogo, dan Madiun, serta hadir pula Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur Kusnadi. Acara haul yang diawali dengan Mujahadah Lillah yang dipimpin Kyai Nurul Islam (Kyai Gandung) Pengasuh Ponpes Darul Ulum Rejomulyo Barat, dan doa dipimpin Kyai Hunaini An-Nasir Pengasuh Ponpes Handurusiyyah Nglopang Parang dan Kyai Hamim Jazuli Pengasuh Ponpes Al-Ikhlas Karasan Kartoharjo. Setelah Mujahadah Lillah dilanjutkan orasi sejarah kepahlawanan Gubernur Soerjo yang disampaikan oleh penulis, dilanjutkan dengan dialog kebangsaan antar peserta yang hadir.

Gaung haul Gubernur Soerjo pada tahun 2021 tersebut mulai menggema kemana-mana. Dan pada tahun yang sama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Magetan menetapkan setiap tanggal 11 Nopember menjadi agenda/kegiatan rutin wisata di Magetan yaitu peringatan haul Gubernur Soerjo. Dan yang lebih membanggakan lagi bahwa momentum haul Gubernur Soerjo ini langsung diapresiasi oleh DPRD Provinsi Jawa Timur dan sejak tahun 2022 sampai dengan tahun ini, dan di tahun-tahun mendatang setiap tanggal 11 Nopember menjadi kegiatan rutin haul Gubernur Soerjo. Bahkan pada tahun 2022, haul Gubernur Soerjo menjadi satu rangkaian dengan Festival Soerjo, yang berlangsung selama satu minggu dengan berbagai bentuk kegiatan diantaranya bazzar, pameran rakyat, pentas seni dsb.

Dan pada tahun ini pula juga akan dilakukan kegiatan yang sama haul Gubernur Soerjo selama satu hari penuh pada hari Sabtu tanggal 11 Nopember 2023 dari pagi hingga malam hari. Acara dimulai dengan khataman Al Qur’an sampai menjelang Dhuhur, dilanjutkan setelah Ashar dengan kegiatan ziarah makam dan tabur bunga serta ramah tamah sejarah Gubernur Soerjo, dan puncaknya adalah pengajian kebangsaan yang dilakukan malam hari di depan Kompleks Makam Kerto Sasono Mulyo.

 

Makna Haul Gubernur Soerjo

Haul Gubernur Soerjo diselenggarakan untuk mendoakan beliau bersama para syuhada pejuang bangsa yang telah gugur. Semoga Allah SWT ridho menerima amal baktinya, dan menempatkan mereka di tempat yang paling mulia. Haul Gubernur Soerjo menjadi momentum untuk mengingatkan generasi bangsa, jika mereka memiliki pejuang dan pahlawan nasional yang layak dihormati dan dijunjung tinggi kehormatannya. Sekaligus, wujud ikhtiar dan tawakal dalam menjunjung tinggi konsep maupun tatanan nilai kebersamaan, membuang egosentris, berdoa bersama mewujudkan cita-cita kemajuan, serta kesejahteraan masyarakat.

Momentum haul Gubernur Soerjo menjadi wujud nyata dari upaya peningkatan iman dan takwa, seperti halnya Gubernur Soerjo, yang merupakan pejuang dan pahlawan nasional religius dan taat pada Allah SWT. Momen ini bisa direfleksikan nilai-nilai perjuangan Gubernur Soerjo untuk kebaikan generasi yang akan datang, di tengah konteks penjajahan jaman sekarang.

Proklamasi Kemerdekaan RI memang dilantangkan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta oleh Soekarno-Hatta. Namun, penentu kemerdekaan negeri ini sebenarnya ada di Surabaya. Setelah Gubernur Soerjo membacakan pidato/komando keramat tanggal 9 Nopember 1945 pukul 23.00 WIB yang disiarkan di RRI Surabaya yang bunyi teks lengkapnya sebagai berikut:

Saudara-saudara sekalian,

Pucuk pimpinan kita di Jakarta telah mengusahakan akan membereskan peristiwa di Surabaya pada hari ini.

Tetapi sayang sekali sia-sia belaka, sehingga kesemuanya diserahkan kepada kebijaksanaan kita di Surabaya sendiri

Semua usaha kita untuk berunding senantiasa gagal. Untuk mempertahankan kedaulatan negara kita, maka kita harus menegakkan dan meneguhkan tekad kita yang satu, yaitu berani menghadapi segala kemungkinan.

Berulang-ulang telah kita kemukakan bahwa sikap kita ialah: Lebih baik hancur daripada dijajah kembali.

Juga sekarang dalam menghadapi ultimatum pihak Inggris, kita akan memegang tegus sikap itu. Kita tetap menolak ultimatum itu.

Dalam menghadapi kemungkinan besok pagi, mari kita semua memelihara persatuan yang bulat antara Pemerintah, Rakyat, TKR, Polisi dan semua Badan-Badan perjuangan pemuda dan rakyat kita.

Mari kita sekarang memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga kita sekalian mendapat kekuatan lahir dan batin serta rahmat dan Taufik dalam perjuangan.

Selamat berjuang!

Gubernur Soerjo bersama semua elemen rakyat di Surabaya melakukan perlawanan rakyat terhadap tentara sekutu Inggris yang diboncengi Belanda dan meletuslah Pertempuran 10 Nopember 1945.

Kita bisa bayangkan, jika Gubernur Soerjo menyerah dan tidak ada perlawanan rakyat, bisa jadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak ada artinya. Sebab, negeri ini bisa dalam cengkeraman kekuasaan tentara sekutu atau Belanda kembali.

Dan selayaknyalah kita sebagai warga Magetan mempunyai rasa Bangga Magetan, karena memiliki sosok pejuang dan pahlawan nasional Gubernur Soerjo yang lahir di Magetan dan meninggal pun dikebumikan di Magetan. Jika selama ini banyak publik belum mengenal Magetan, maka dengan momentum peringatan haul Gubernur Soerjo setiap tanggal 11 Nopember tiap tahunnya, akan lebih mengenalkan Magetan. Sepertinya halnya di Kota Blitar, ketika memasuki bulan Juni, maka pikiran publik langsung terbesit haul Bung Karno/bulan Bung Karno.

Gubernur Soerjo sejak ditetapkan oleh Bung Karno sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1964, tidak hanya milik keluarga semata, tetapi esensinya sudah menjadi milik bangsa dan negara tercinta ini. Maka mari kita semua merawat amaliah kebaikan orang-orang sholih terdahulu dan mengambil amaliah baru yang lebih baik.

 

 

Check Also

Refleksi Hari Pahlawan 2024 : “Spirit Perjuangan Ulama dan Santri dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia”

Refleksi Hari Pahlawan 2024 : “Spirit Perjuangan Ulama dan Santri dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia”

Oleh : Gus Imam (Pengasuh Ponpes Raden Patah Magetan)   Tanggal 10 November merupakan hari …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *