Gagalnya Usaha Bebek Desa Kersoharjo: Cermin Kelemahan Analisis dan Kesiapan SDM Desa

SeputarKita,Ngawi – Program ketahanan pangan yang dicanangkan Pemerintah Desa Kersoharjo, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, berujung kegagalan. Tim Analisa Kelayakan Usaha desa setempat dinilai tidak berhasil dalam merancang dan memprediksi risiko dari usaha ternak bebek pedaging yang menjadi salah satu proyek unggulan.

Kepala Desa Kersoharjo, Edi Mulyono, menjelaskan bahwa sebanyak 20 persen dari total Dana Desa tahun 2025 dialokasikan untuk program ketahanan pangan. Pemerintah desa semula merencanakan tiga jenis usaha, yakni ternak bebek pedaging, budidaya lele, dan penanaman jagung. Namun, dari ketiganya, baru usaha ternak bebek yang terealisasi. Sayangnya, usaha tersebut gagal total dan menimbulkan kerugian bagi BUMDes yang mengelolanya.

“Dengan adanya kehancuran bebek itu, untuk tahun depan tidak perlu ternak bebek lagi,” ujar Edi Mulyono saat ditemui, Kamis (2/10/2025).

Menurut Edi, ketidaksiapan masyarakat, khususnya pengurus BUMDes yang sebagian besar masih berusia muda, menjadi penyebab utama kegagalan. Ia menilai, pola pikir masyarakat terhadap dana yang bersumber dari anggaran desa cenderung kurang bertanggung jawab.

“Sebetulnya masyarakat kalau diminta seperti itu belum siap. Namanya uang desa, kalau uang pribadi saya yakin pasti dikerjakan sungguh-sungguh. Tapi kalau namanya uang desa ya masyarakat seperti itu,” ungkapnya.

Di sisi lain, Ketua Tim Analisa Kelayakan Usaha sekaligus Sekretaris Desa Kersoharjo, Sigit Mujianto, menyebut bahwa kegagalan disebabkan oleh faktor eksternal, seperti penyakit dan cuaca. Ia berdalih bahwa timnya telah melakukan analisis risiko sejak awal, termasuk memperkirakan tingkat kematian bebek, namun kenyataan di lapangan jauh dari harapan, dari 1.000 DOD (Day Old Duck), diperkirakan mati hanya 100 ekor. Tapi kenyataannya, sebelum usia 40 hari, tinggal sekitar 200 ekor yang hidup.

Sigit menjelaskan, dari anggaran sebesar Rp192 juta, sebanyak Rp160 juta digunakan untuk modal usaha, sedangkan sisanya dialokasikan untuk honor anggota BUMDes. Ia menambahkan bahwa kondisi di luar perencanaan akan menjadi bahan evaluasi dalam laporan akhir.

“Bebek yang mati itu karena penyakit atau karena virus, karena cuaca. dari analisa itu diluar perencanaan, di analisa itu ada 1000 ekor itu kematiannya 100 ekor, 900 hidup. Tapi karena ada seperti ini (kegagalan) ya nanti di akhir tahap evaluasi, kalau memang itu pailit maka tidak diteruskan” dalihnya, Jum’at (3/10/2025).

Menanggapi hal ini, Camat Geneng, Bambang Indratno Susilo Wibowo, meminta Pemerintah Desa Kersoharjo untuk menyesuaikan langkahnya dengan ketentuan yang berlaku. Ia menekankan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi dalam menjalankan program berbasis Dana Desa.

“Karena itu program, ya sesuaikan aturan,” tegasnya singkat.

Dari hasil penelusuran, tugas utama tim analisis kelayakan usaha BUMDes adalah melakukan kajian menyeluruh terhadap berbagai aspek, mulai dari potensi pasar, teknis, manajemen, hingga keuangan dan sosial. Analisis tersebut seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan agar dana desa digunakan secara efektif dan berdampak nyata bagi masyarakat.

Dalam konteks ini, kegagalan usaha ternak bebek di Kersoharjo menunjukkan lemahnya sistem analisis dan pengawasan internal desa, terutama dalam menilai kesiapan sumber daya manusia dan risiko operasional. Perencanaan yang tidak disertai pembinaan dan pendampingan yang kuat berpotensi menjadikan Dana Desa hanya sebagai formalitas program tanpa hasil konkret. (TA).

Check Also

Warga Antusias Belanja di Bazar Gerakan Pangan Murah, yang Digelar Polres Jombang Bersama Pemkab Jombang dan Bulog Cabang Mojokerto

Warga Antusias Belanja di Bazar Gerakan Pangan Murah, yang Digelar Polres Jombang Bersama Pemkab Jombang dan Bulog Cabang Mojokerto

Seputarkita,Jombang – Dalam rangka menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di wilayah Kabupaten Jombang, Polres …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *