SeputarKita, Magetan – Guna pengembangan destinasi wisata di kawasan Sarangan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Magetan, menggelar Festival Susu di lingkungan Kampung Susu Lawu Singolangu, Minggu (27/11/2022).
Dengan mengusung tema “Sowan Suwun Singolangu”, memiliki arti sebagai sarana sowan bagi seluruh peternak sapi perah dan para pelaku usaha peternakan di Kabupaten Magetan. Selain itu, juga sebagai bentuk rasa syukur para peternak atas produksi susu yang melimpah sepanjang tahun, dan kondisi ternak sapi yang tetap sehat meskipun sempat dilanda penyakit mulut dan kuku (PMK).
Adapun pelaksanaan festival susu terbagi ke dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain lomba kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan pemirsa) bagi peternak sapi yang telah digelar pada 14 November lalu, juga lomba masak berbahan dasar susu sapi yang telah digelar pada tanggal 17 November. Sedangkan rangkaian acara hari ini, meliputi lomba mewarnai dengan 100 peserta dari siswa SD di Kelurahan Sarangan, Kirab Pratani Narapraja oleh masyarakat Singolangu, dan monolog macapat oleh Dewan Kesenian Magetan, serta bazar produk olahan hasil peternakan dan bazar produk UMKM binaan Disnakkan. Selain itu, juga diadakan penyerahan paket gizi pada siswa sekolah dan apresiasi bagi pemenang lomba.
Menurut Kepala Disanakkan Magetan, drh. Nur Haryani, bahwa festival tersebut diadakan tentunya dengan tujuan untuk pengembangan destinasi wisata Kampung Susu Lawu itu sendiri. “Diantaranya untuk membangun jejaring dan sinergi dengan stakeholder yang terkait dari usaha budidaya peternakan sapi perah, untuk pemasaran hasil olahan, produk dan industri pariwisata, serta sebagai media promosi agrowisata dan eduwisata Kampung Susu Lawu,” jelasnya.
Masih di tempat yang sama, Kepala Disnakkan Provinsi Jawa Timur, Ir. Indiyah Aryani, MM., turut hadir dalam acara festival tersebut.
Menurutnya, Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang berpotensi dalam penyediaan komoditas peternakan untuk pemenuhan protein hewani masyarakat dan sebagai bahan baku industri.
Dalam sambutannya, ia juga terus mengingatkan para peternak dengan kondisi PMK yang masih mewabah. Kepala Disnakkan menyampaikan, bahwa hingga saat ini akan terus berupaya untuk menyelesaikan PMK hingga hilang dari Indonesia. “Secara epidemiologi baru bisa menyelesaikan di tahun 2035, akan tetapi kita komitmen menarget selesai di tahun 2030”, jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada segenap pihak terkait yang telah membantu dalam pengendalian PMK.
Di akhir, ia mengajak agar para peternak juga waspada terhadap penyakit bar, Lumpu Skin Disease (LSD). “Mari kita waspada terhadap lalu lintas ternak termasuk memasukkan sapi yang dari pasar. Karena sapi potong mobilitasnya dari manapun yang dapat menjadi sumber penularan, termasuk orangnya,” tutup Kepala Disnakkan Jatim. (Red).