harianseputarkita – Magetan – Tersebarnya Tabloid INDONESIA BAROKAH di wilayah Magetan Jawa Timur ditanggapi oleh Ketua Gerakan Ummat Islam Bersatu (GUIB) Magetan, Ustadz H. Imam Yudhianto, SH, MM. GUIB berencana akan melakukan sweeping ke masjid-masjid dan pondok pesantren di Magetan, untuk meluasnya penyebaran tabloid ini. “Ini sudah meresahkan dan berpotensi membuat gaduh, kami akan menurunkan tim khusus untuk melakukan sweeping sekaligus memberikan penjelasan tentang bahaya tabloid ini kepada tokoh dan aktivis ummat islam,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (24/01/2019).
Ketika ditanya mengapa harus melakukan sweeping, Imam menjawab, “Jelas banget, tabloid ini ada indikasi provokasi dan upaya memecah belah ummat Islam. Pikiran kita digiring untuk menyudutkan gerakan islam dan membenci personal tertentu, dan kami tidak ingin itu terjadi.”
Sebagaimana diketahui, Tabloid Indonesia Barokah edisi perdana ini bertajuk “Reuni 212: Kepentingan Umat atau Kepentingan Politik?”. Gambar di halaman depan menampilkan karikatur orang memakai sorban dan memainkan dua wayang. Tabloid berisi 16 halaman ini menampilkan 13 macam rubrik berita, mulai dari Mukadimah hingga Galeri. Tertulis di dalam kotak Susunan Redaksi, Pemimpin Umumnya bernama Moch. Shaka Dzulkarnaen, Pimpinan Redaksinya Ichwanuddin, dan Redaktur Pelaksananya Khusnaedi. Sedang Kantornya beralamatkan di Jalan Haji Kerenkemi, Rawa Bacang, Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Bekasi. Tabloid ini dibagikan secara cuma cuma kepada takmir masjid di wilayah Magetan dikemas dalam amplop coklat berisi 3 (tiga) eksemplar.
Dari sekian banyak tulisan itu, yang paling disorot Ustadz Imam adalah rubrik Laporan Utama (hlm. 5) dan Liputan Khusus (hlm. 6). Laporan Utama menurunkan berita berjudul “Prabowo Marah, Media Dibelah.” Kalimat pertamanya lumayan menghantam: “Prabowo Subianto kembali berulah dengan marah-marah dan melontarkan pernyataan kontroversial.” Isi laporan itu adalah soal tuduhan bahwa Prabowo terlibat, atau minimal punya kepentingan besar di balik Reuni 212. Ini ditunjukkan ketika ia marah-marah ke media yang dianggap mengecilkan jumlah massa yang mengikuti acara.
Imam menjelaskan bahwa Reuni 212 tidak beraviliasi kepada kepentingan politik praktis. Perhelatan itu murni agenda silaturahmi akbar ummat Islam se-Indonesia. “Saya hadir langsung menyaksikannya, dan isinya adalah murni perjuangan ummat dalam rangka merajut ukhuwwah dan merawat NKRI. Adapun jika Pak Prabowo marah ke media soal pengecilan jumlah massa, memang dia kan tahu langsung berapa estimasi massa yang hadir di monas, jadi wajar saja kan?,” tukasnya.
Ustadz Imam juga menyoroti rubrik Liputan Khusus. Tabloid Indonesia Barokah memuat naskah artikel yang berjudul “Membohongi Publik untuk Kemenangan Politik?: Membongkar Strategi Semprotan Kebohongan.” Naskah ini bercerita soal kasus-kasus hoaks yang melibatkan tim sukses Prabowo, dari mulai Ratna Sarumpaet hingga Neno Warisman. Imam yang
juga Ketua Pimda Pemuda Muhammadiyah Magetan itu menilai isi berita tersebut tidak netral. Imam menduga redaksi tabloid berafiliasi kepada paslon capres tertentu yang akan bertarung di 17 April 2019. “Naskah itu isinya memojokkan salah satu paslon, tanpa ada keberimbangan dalam pemberitaan. Tidak ada klarifikasi di sana,” paparnya.
Imam yang juga Dewan Penasehat Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) Kabupaten Magetan menuding tabloid Indonesia Barokah berindikasi menyimpang dari kode etik jurnalistik. “Kami minta agar
distribusi tabloid ini ke masjid-masjid dan ponpes jangan diteruskan, Stop dan lakukan klarifikasi publik, ada hak jawab dan penegakan keadilan sesuai kode etik jurnalistik,” pesannya.
Imam melanjutkan, media harus mendorong pihak yang berkompetisi pada Pemilu 2019 untuk berdialog dan berkompetisi dengan fair dan sportif. Hal ini untuk mewujudkan persatuan indonesia dan menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana isi sila ketiga dan kelima Pancasila. “Media itu harus mendorong bagi tegaknya persatuan dan kesatuan, jangan memecah belah, injak satu angkat satu, jangan begitu, lah. Kalau kayak media-media pada kayak gitu (tabloid Indonesia Barokah) yang namanya sila pertama nggak tegak, sila kedua nggak tegak, ketiga nggak tegak, apalagi yang kelima,” katanya.
Mengakhiri wawancara dengan awak media, Ustadz Imam menghimbau kepada takmir masjid dan pengasuh pondok pesantren yang sudah menerima Tabloid Indonesia Barokah agar mengedepankan tabayun dan segera menghentikan penyebaran tabloid tersebut agar tidak menyebabkan fitnah dan perpecahan di kalangan kaum muslimin. “Jadikan masjid dan pondok pesantren sarana pemersatu ummat, mengedukasi generasi untuk membangun peradaban yang lebih baik, mengokohkan cita-cita kejayaan Islam. Ingat kita harus mengedepankan tabayyun sebagaimana surah Hujurat : 6, tidak berbuat fitnah / ghibah dan mencegah tersebarnya kedustaan sebagaimana pesan Allah dalam Surah Hujurat 12 dan An Nuur: 15.” pungkasnya. (red)
KHAWATIR BUAT KEGADUHAN GUIB MAGETAN AKAN SWEEPING TABLOID INDONESIA BAROKAH
Foto : ketua GUIB Magetan saat menunjukkan tabloid Indonesia Barokah