Seputarkita,JOMBANG,-Langkah cepat kembali ditunjukkan oleh Bupati Jombang, H. Warsubi, dalam merespons langsung persoalan sosial yang mencuat di tengah masyarakat. Didampingi jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, Abah Bupati—sapaan akrabnya—memastikan kehadiran pemerintah Kabupaten Jombang dirasakan oleh warga yang tengah dilanda musibah dan kemiskinan ekstrem.
Dua kasus sosial yang mendapat perhatian khusus adalah kebakaran rumah milik lansia berusia 85 tahun bernama Saudah di Dusun Jetak, Desa Sidokerto, Kecamatan Mojowarno. Serta, kondisi memprihatinkan rumah tak layak huni milik Poniti di Dusun Semanding, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto.
*Tanggap Cepat Kebakaran di Mojowarno*
Kebakaran hebat melanda sebuah rumah milik seorang lansia di Dusun Jetak, Sidokerto, Rabu (18/6/2025) siang sekitar pukul 12.00 WIB. Api diduga berasal dari tungku api tradisional yang belum sepenuhnya padam.
Mengetahui kabar tersebut, Bupati Warsubi langsung memerintahkan BPBD dan Dinas Sosial Kabupaten Jombang untuk memberikan bantuan darurat serta melakukan pendataan kebutuhan material perbaikan. Kalaksa BPBD Jombang, Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas, membenarkan bahwa timnya segera diterjunkan ke lokasi.
“Kami hadir bersama Dinsos untuk memberikan dukungan langsung, baik secara moral maupun material. Ini menjadi bentuk nyata kehadiran pemerintah dalam setiap musibah warga,” tegas Wiku.
*Potret Nestapa di Rumah Poniti: Satu Ruang, Tirai Robek, dan Malam Panjang yang Basah*
Kondisi berbeda namun tak kalah menyayat terjadi di Dusun Semanding, Desa Sumbermulyo. Poniti, seorang ibu kepala keluarga, tinggal bersama dua anak laki-lakinya dalam rumah yang nyaris roboh. Rumah itu hanya terdiri dari satu ruangan besar tanpa sekat, dengan tirai robek sebagai pemisah seadanya. Lantai tanah menjadi becek kala hujan, dan perabotan pun nyaris tak ada.
“Saya cuma ingin rumah ini diperbaiki. Biar anak-anak saya bisa tidur tenang, tidak kehujanan,” ujar Poniti.
Lebih memilukan lagi, keluarga ini belum pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah. Baik PKH, BPNT, maupun program rehabilitasi RTLH, semuanya belum pernah menyentuh kehidupan mereka.
Kepala Dusun Semanding, Mulyadi, membenarkan kondisi yang dialami keluarga Poniti dan menyatakan telah beberapa kali menyampaikan laporan ke pihak desa maupun kecamatan.
“Kami bersyukur, akhirnya ada perhatian dari Abah Bupati. Ini harapan baru bagi Bu Poniti dan anak-anaknya,” kata Mulyadi.
Mendengar hal tersebut Abah Bupati segera menuju ke lokasi untuk memberikan bantuan secara langsung.
Kehadiran langsung Abah Bupati di rumah sederhana itu disambut haru oleh Poniti. Ia tak menyangka bahwa pemimpin daerah datang sendiri ke rumahnya.
“Terima kasih, Abah Bupati. Saya enggak percaya didatangi langsung sama Abah Bupati. Terima kasih sudah peduli sama orang kecil seperti kami. Semoga Allah membalas kebaikan Abah dan semua yang bantu,” ucap Poniti sambil terisak.
“Tidak boleh ada warga yang tinggal di rumah yang mengancam keselamatannya. Ini soal kemanusiaan, dan pemerintah harus hadir. Terima kasih juga pada pendamping sosial PKH yang sudah memberikan informasi ini sehingga Ibu Poniti bisa segera menerima bantuan rumah tidak layak huni,” ujar Abah Bupati.
Langkah cepat Bupati Jombang menuai apresiasi dari warga dan tokoh masyarakat setempat. Banyak pihak berharap, tindakan ini menjadi awal dari sistem yang lebih responsif dan empatik terhadap warga miskin dan rentan.
Kisah keluarga Poniti bukan sekadar potret kemiskinan. Ia adalah cermin buram dari empati yang kian memudar, dari tanggung jawab sosial yang sempat terlupakan. Kehadiran cepat pemerintah dalam kasus ini menjadi pengingat bahwa negara harus benar-benar hadir, tidak hanya saat seremoni, tapi saat air mata rakyat mengering sendiri.(WD)