SeputarKita, Jakarta – Maraknya pemberitaan pribadi tentang sosok istri dari Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri, Irjen Ferdy Sambo yang menjadi korban seksual oleh ajudannya mendapat perhatian dari Akademisi dan Intelektual Publik, Rocky Gerung.
Pendiri Setara Institute itu menilai, pers dan masyarakat luas harus bisa membedakan, memisahkan antara informasi yang faktual dan sensasional dalam acara baku di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.
“Hal penting adalah memisahkan apa yang sebetulmya sedang diselidiki secara ilmiah oleh pihak kepolisian dan apa yang harus dikonsumsi oleh publik sebagai hal yang sensasional,” kata Rocky saat dihubungi wartawan, Kamis (14/7).
Dalam penjelasan pertama, sambung Rocky, publik mengetahui ada korban tewas dalam kasus baku tembak tersebut. Jadi wajar pihak keluarga yang tewas meminta hak pertanggungjawaban hukum atas tewasnya anggota keluarga mereka.
Fakta lainnya adalah, tentang peristiwa seksual yang mengawali insiden baku tembak tersebut. Oleh karena itu, perlindungan terhadap korban seksual, dalam hal ini istri Ir Ferdy Sambo juga harus bersama.
Jadi privasi dan memproteksi hak asasi manusia dalam hal ini perempuan yang menjadi korban itu harusnya oleh pers. Publik juga harus menghindari untuk mengonsumsi hal-hal yang sensasional,” jelasnya.
Menurutnya, peristiwa baku tembak ini kemudian berlangsung dalam kondisi masyarakat yang penuh keingintahuan itu adalah hal baik.
Tetapi, tetap fungsi pers adalah memisahkan antara apa yang sebenarnya harus dibuktikan di pengadilan melalui sistem hukum yang transparan dan prinsip-prinsip untuk melindungi privasi hak atas ketubuhan atau otoritas tubuh dari korban seksual.
“Itu (melindungi hak privasi) ada di dalam undang-undang kita itu. Penghargaan terhadap profesi wartawan justru kita berikan bila publik mengerti bahwa jurnalis berhasil untuk memisahkan antara hal yang faktual dan hal yang sensasional,” demikian Rocky. (merah)