SeputarKita, Pemalang – Munggah Molo artinya menaikkan atap. Tradisi upacara adat Munggah Molo digelar dengan memasang sesaji sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan.
Di daerah Jawa Tengah sejak zaman nenek moyang terdahulu sangat terkenal dengan berbagai macam kearifan lokal yang tumbuh mengakar membudaya di kehidupan masyarakatnya.
Masyarakat Jawa tengah selain terkenal dengan kehalusan bahasa dan sopan santunya, sejak dulu juga dikenal sangat menghargai alam sekitar dan dalam setiap tindakan selalu mengandung makna filosofis luhur yang sangat menarik untuk dijadikan bahan kajian.
Seperti terlihat di desa Pegiringan, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang. Romo Yai Tahrir sekaligus pengasuh Majelis Dzikir Shohibu Baiti mengadakan tradisi munggah molo.
Dalam acara tersebut dihadiri oleh seluruh anggota majelis dzikir shohibu baiti, tokoh agama, masyarakat sekitar dan insan pers, serta tamu undangan. Senin, 11 Oktober 2021.
Romo Yai Tahrir menyampaikan, acara ini sebagai motivasi dan mendorong masyarakat agar dengan kesadarannya mau melestarikan dan juga meningkatkan jalinan kebersamaan dan silaturahmi antar sesama.
“Saya berharap agar Majelis Dzikir Shohibu Baiti ini terus maju dan melakukan kebaikan untuk kepentingan umat dan tidak membedakan ras maupun agama. “Ucapnya.
“Acara prosesi adat Munggah Molo ini dilaksanakan pagi hari, kemudian dilengkapi dengan berbagai syarat yang tersaji atau dalam adat jawa disebut sesajen (sesaji) seperti gedang setandandan nasi tumpeng, yang semuanya memiliki filosofi tersendiri, dimaksudkan agar terbinalah kekompakan dan harmonisasi di antara keluarga dan masyarakat sekitar,” Pungkasnya. (FahmiNur)