Menjaga Warisan Leluhur, Keluarga H. Sapuan dan Hj. Maftucha Lestarikan Tradisi Sawur di Desa Rowosari

SeputarKita,Pemalang — Menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi leluhur terus dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Pemalang. Salah satunya ditunjukkan oleh keluarga besar H. Sapuan bersama istri, Hj. Maftucha, warga Desa Rowosari, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, yang pada Sabtu, 13 Desember 2025, menggelar tradisi Sawur di kediamannya.

H. Sapuan dikenal luas oleh masyarakat Pemalang sebagai sosok pengusaha sukses di bidang tekstil. Selain kiprahnya di dunia usaha, ia bersama Hj. Maftucha juga dikenal sebagai pribadi yang dermawan dan aktif berbagi dengan masyarakat sekitar. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam berbagai kegiatan sosial serta tradisi yang terus dijaga hingga kini bersama keluarga besarnya.

Pada kesempatan tersebut, keluarga H. Sapuan dan Hj. Maftucha menggelar acara Ngupat, sebuah tradisi dalam budaya Jawa yang menandai usia kehamilan empat bulan. Secara bahasa, ngupat berasal dari kata kupat (ketupat) yang sarat makna doa dan harapan agar calon bayi kelak lahir dengan selamat, sehat, serta membawa kebaikan bagi keluarga.

Sebelum prosesi Sawur dilaksanakan, keluarga H. Sapuan dan Hj. Maftucha terlebih dahulu mengadakan doa bersama yang diikuti oleh ibu-ibu pengajian setempat. Dalam doa tersebut dipanjatkan Doa Maryam dan Doa Nabi Yusuf, sebagai ikhtiar spiritual agar calon bayi kelak diberikan keselamatan, akhlak yang baik, serta paras dan budi pekerti yang luhur. Doa bersama ini menjadi inti dari rangkaian acara sebagai wujud tawakal dan permohonan keberkahan kepada Allah SWT.

Usai doa bersama, barulah dilanjutkan dengan tradisi Sawur. Sawur merupakan kebiasaan menyebarkan uang receh kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk sedekah dan ungkapan rasa syukur. Tradisi ini mengandung nilai kebersamaan, kepedulian sosial, serta ajaran untuk berbagi rezeki dengan sesama.

“Di rumah saya hari ini ada acara ngupati. Sebelumnya kami melaksanakan doa bersama ibu-ibu pengajian dengan membaca doa Maryam dan doa Yusuf. Walaupun zaman sudah berubah, kami tetap memegang tradisi sawur. Artinya kita menyebar uang recehan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk sedekah. Ini wujud rasa syukur dan doa agar keluarga selalu diberi keberkahan,” ungkap H. Sapuan.

Acara tersebut digelar sebagai ungkapan syukur atas kehamilan anaknya, Dimas, yang telah menikah beberapa tahun lalu. Dimas saat ini mengabdikan diri sebagai seorang dokter gigi dan bekerja di salah satu rumah sakit daerah di Semarang. Tradisi ini menjadi doa bersama agar proses kehamilan berjalan lancar hingga persalinan nanti.

Melalui kegiatan ini, keluarga H. Sapuan dan Hj. Maftucha tidak hanya menjaga tradisi leluhur, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada generasi muda. Tradisi Ngupati, doa bersama, dan Sawur menjadi pengingat bahwa di tengah arus modernisasi, kearifan lokal tetap memiliki makna penting dalam mempererat hubungan sosial dan spiritual di tengah masyarakat. (FN)

Check Also

Minggu Kliwonan Kepatihan Ngawi, Ruang Hidup Pelestarian Seni Budaya Jawa

Minggu Kliwonan Kepatihan Ngawi, Ruang Hidup Pelestarian Seni Budaya Jawa

  SeputarKita, Ngawi – Minggu Kliwonan ing Kepatihan Ngawi merupakan agenda rutin Dinas Pendidikan dan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *