SeputarKita, Magetan – Ketua Persaudaraan Ummat Islam Untuk Palestina (PUIP) Kabupaten Magetan, Gus Imam, mengecam keras rencana Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, yang ingin mengambil alih Gaza dan menempatkannya di bawah kendali Washington. Ia menilai langkah tersebut sebagai bentuk penjajahan baru yang akan semakin memperburuk penderitaan rakyat Palestina.
Menurutnya, rakyat Palestina sudah cukup lama hidup dalam tekanan akibat pendudukan dan blokade yang dilakukan oleh Israel. Jika Gaza benar-benar ditempatkan di bawah kendali Amerika Serikat, bukan hanya kedaulatan Palestina yang terancam, tetapi juga hak asasi manusia yang selama ini terus dilanggar.
“Ini jelas tidak bisa kita terima. Gaza adalah bagian sah dari Palestina, dan rakyatnya memiliki hak untuk hidup merdeka tanpa campur tangan asing. Jika rencana ini terlaksana, hak-hak mereka akan semakin diinjak-injak,” tegasnya.
Gus Imam juga mengingatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa yang pernah dijajah harus memiliki kepekaan terhadap situasi ini. Menurutnya, sejarah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia seharusnya menjadi alasan utama bagi pemerintah dan masyarakat untuk bersikap tegas dalam membela Palestina.
“Kita ini bangsa yang dulu juga pernah mengalami penjajahan. Jangan sampai kita justru abai saat ada bangsa lain menghadapi hal yang sama,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa yang tidak bisa diberikan atau diambil begitu saja oleh negara-negara besar. Oleh karena itu, dunia harus bersatu untuk menolak rencana ini agar tidak menjadi preseden buruk bagi tatanan global.
“Jika dunia masih memiliki nurani, maka upaya untuk merebut Gaza dari Palestina harus dihadapi dengan perlawanan, baik melalui jalur diplomasi maupun gerakan solidaritas yang lebih luas,” katanya.
Lebih lanjut, Gus Imam juga menyoroti sikap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dinilai terlalu pasif dalam menghadapi isu ini. Ia menegaskan bahwa organisasi internasional tersebut memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa kedaulatan suatu negara tidak dicederai oleh kepentingan politik negara lain.
“PBB jangan hanya diam dan menonton. Mereka punya kewajiban untuk mencegah rencana ini. Kalau ini dibiarkan, nanti setiap negara kuat bisa seenaknya mengambil wilayah bangsa lain demi kepentingannya sendiri,” ucapnya.
Ia juga meminta pemerintah Indonesia untuk tidak hanya berhenti pada pernyataan sikap, tetapi benar-benar mengambil langkah nyata di forum internasional. Menurutnya, Indonesia memiliki posisi yang cukup kuat dalam diplomasi global dan seharusnya lebih aktif dalam membela Palestina.
“Kita ini negara besar, punya sejarah panjang dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa lain. Seharusnya kita bisa lebih lantang dalam membela Palestina, bukan hanya dengan pernyataan, tapi juga dengan langkah konkret,” katanya.
Selain itu, Gus Imam juga menyerukan kepada masyarakat Indonesia agar tidak berhenti menunjukkan solidaritas terhadap Palestina. Menurutnya, dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina tidak boleh bersifat musiman, hanya muncul ketika ada berita besar, lalu menghilang begitu saja.
“Jangan cuma marah sebentar, habis itu lupa. Kalau kita benar-benar peduli, kita harus konsisten mendukung mereka. Bisa lewat doa, aksi kemanusiaan, boikot produk yang mendukung pendudukan, atau menyuarakan perjuangan mereka di berbagai kesempatan,” ujarnya.
Ia menyoroti kondisi Gaza yang selama bertahun-tahun hidup di bawah blokade ketat. Menurutnya, dunia harus lebih peduli terhadap situasi kemanusiaan di wilayah tersebut.
“Di Gaza, listrik terbatas, air bersih sulit didapat, dan setiap hari warga hidup dalam ketakutan karena serangan militer. Kita tidak bisa hanya bersimpati tanpa melakukan sesuatu yang nyata,” katanya.
Dalam pernyataannya, Gus Imam juga mengkritik standar ganda yang kerap diterapkan negara-negara Barat dalam menyikapi perjuangan Palestina. Ia menyebut bahwa saat negara lain berjuang untuk kedaulatan, mereka didukung penuh, tetapi ketika Palestina menuntut hak yang sama, mereka justru dianggap sebagai ancaman.
“Ini standar ganda yang tidak bisa diterima. Kemerdekaan adalah hak semua bangsa, termasuk Palestina. Jangan sampai ada diskriminasi dalam memperjuangkan kebebasan,” ujarnya.
Di akhir pernyataannya, Gus Imam menegaskan bahwa perjuangan untuk kemerdekaan Palestina tidak boleh berhenti. Ia berharap agar dunia tetap menjaga harapan bagi rakyat Palestina yang hingga kini masih menghadapi tekanan.
“Selama masih ada orang yang berani bersuara, selama masih ada hati yang peduli, harapan itu akan selalu ada. Gaza mungkin masih dalam penderitaan, tapi kita tidak boleh berhenti melawan. Jika kita percaya bahwa keadilan harus ditegakkan, maka kita harus memastikan bahwa sinar kemerdekaan Palestina tidak akan pernah padam,” tutupnya. (red)