Oleh : Gus Imam (Pengasuh Ponpes Raden Patah Magetan)
Di antara hiruk-pikuk dunia, di tengah gelombang kompetisi yang menggema, kejujuran dan integritas berdiri sebagai mercusuar, memandu langkah-langkah yang kadang terseok di medan penuh godaan. Pilkada bukan sekadar ajang memilih pemimpin, tetapi cermin yang memantulkan kualitas moral bangsa. Maka, wahai penyelenggara pilkada, jadilah lentera yang menerangi jalan keadilan, sebab di pundak kalian amanah ini dipikul, di tangan kalian arah masa depan dipahat.
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ
Yā ayyuhallażīna āmanụ kūnụ qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā`a lillāhi walau ‘alā anfusikum awil-wālidayni wal-aqrabīn.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau kedua orang tua dan kerabatmu.”
(QS. An-Nisa: 135)
Betapa Allah menegaskan pentingnya kejujuran sebagai poros dalam menjalankan amanah, meskipun itu harus menyakitkan atau bertentangan dengan kepentingan pribadi. Kejujuran bukan sekadar nilai, tetapi identitas hakiki bagi setiap insan yang beriman. Ia adalah napas kehidupan, tali pengikat hati dengan Rabb-nya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
‘Alaikum biṣ-ṣidqi fa innaṣ-ṣidqa yahdī ilal-birri wa innal-birra yahdī ilal-jannah, wa mā yazālur-rajulu yaṣduqu wa yataḥarrāṣ-ṣidqa ḥattā yuktaba ‘indallāhi ṣiddīqā.
“Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa ke surga. Seseorang senantiasa berlaku jujur hingga dia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Wahai jiwa-jiwa yang diberi amanah, kejujuran adalah mahkota yang menghiasi akhlak mulia. Tanpanya, kehormatan runtuh, kepercayaan sirna, dan masyarakat terpuruk dalam kegelapan. Bukankah Rasulullah ﷺ sendiri mendapat gelar al-Amin, yang terpercaya, bahkan sebelum beliau diangkat menjadi nabi? Ini menjadi bukti bahwa kejujuran adalah fondasi segala hubungan, baik antara manusia dengan sesamanya, maupun manusia dengan Tuhannya.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
Innaṣ-ṣidqa yahdī ilal-birri wa innal-birra yahdī ilal-jannah, wa innal-kaẓiba yahdī ilal-fujūri wa innal-fujūra yahdī ilannār.
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa ke surga. Sebaliknya, kebohongan membawa kepada keburukan, dan keburukan membawa ke neraka.”
Dalam konteks penyelenggaraan pilkada, kejujuran bukan hanya tuntutan etika, tetapi kewajiban agama. Sebab setiap kebohongan yang dilakukan, setiap manipulasi yang terjadi, kelak akan menjadi beban berat di hari perhitungan. Allah tidak pernah lalai dari apa yang kita kerjakan. Firman-Nya:
وَقِفُوهُمْ ۖ إِنَّهُم مَّسْـُٔولُونَ
Waqifụhum innahum mas`ụlụn.
“Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian), karena mereka akan ditanya.”
(QS. As-Saffat: 24)
Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata:
الصِّدْقُ يُعْتَبَرُ زِينَةَ الأَخْلاَقِ وَحَافِظًا لِلْأَمَانَاتِ
Aṣ-ṣidqu yu‘tabaru zīnata al-akhlāqi wa ḥāfiẓan lil-amānāti.
“Kejujuran dianggap sebagai perhiasan akhlak dan penjaga amanah.”
Jadilah pelaku sejarah yang menorehkan tinta emas, bukan noda hitam. Setiap lembar surat suara, setiap data yang diinput, setiap keputusan yang diambil, akan menjadi saksi. Jangan sampai amanah ini menjadi hujjah yang mempersulit kita di akhirat kelak.
Pilkada adalah ujian besar. Ia menguji siapa yang tetap berpegang pada tali Allah dan siapa yang terjerumus oleh ambisi duniawi. Maka, bersikaplah seperti matahari yang terang menerangi tanpa diskriminasi. Jangan menjadi awan gelap yang menyembunyikan cahaya.
Semoga Allah ﷻ membimbing kita untuk senantiasa menjaga integritas, menanam kejujuran, dan memanen kebaikan. Dan semoga dari setiap langkah jujur kita, Allah mencatatnya sebagai amal kebaikan yang menjadi bekal di akhirat kelak.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Rabbana ighfir lana ẓunūbanā wa isrāfanā fī amrinā wa thabbit aqdāmanā wanṣurnā ‘ala al-qawmil-kāfirīn.
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan kami yang melampaui batas, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami menghadapi kaum yang kafir.”
(QS. Ali Imran: 147)