Oleh : Gus Imam (Pengasuh Ponpes Raden Patah Magetan)
Tanggal 10 November merupakan hari yang penuh makna dalam sejarah bangsa Indonesia. Setiap tahun, Hari Pahlawan diperingati untuk mengenang keberanian dan pengorbanan para pahlawan yang berjuang mempertahankan kemerdekaan, khususnya dalam peristiwa heroik di Surabaya pada tahun 1945. Tahun 2024, peringatan ini mengambil tema yang menekankan peran ulama dan santri dalam peristiwa tersebut—mengenang kontribusi mereka yang tak ternilai dalam perlawanan terhadap penjajah. Selain itu, tema ini juga mengandung pesan bagi santri dan pemuda masa kini untuk menjaga “spirit of struggle” dalam mengisi kemerdekaan.
Peran Ulama dan Santri dalam Peristiwa 10 November 1945
Pada 22 Oktober 1945, Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, pemimpin besar Nahdlatul Ulama (NU), menjadi seruan bagi umat Islam untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan. Dalam konteks ini, jihad bukanlah perang tanpa arah; melainkan panggilan spiritual dan moral untuk mempertahankan hak dan kemerdekaan bangsa yang baru diraih setelah lebih dari tiga abad dijajah. Resolusi ini diikuti oleh gelombang semangat perjuangan di kalangan santri dan masyarakat Jawa Timur yang kemudian memuncak pada pertempuran besar di Surabaya pada tanggal 10 November.
Bagi para ulama dan santri, jihad fi sabilillah yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan pertahanan fisik semata, namun juga merangkul keseluruhan perjuangan untuk mempertahankan harga diri bangsa dan martabat agama. Kepemimpinan ulama seperti KH. Wahid Hasyim, KH. Wahab Hasbullah, dan tokoh-tokoh lainnya memberikan arah yang jelas pada perjuangan ini, menumbuhkan loyalitas dan semangat keberanian di kalangan rakyat untuk melawan kekuatan kolonial yang kembali ingin menundukkan Indonesia.
Dalam konteks ini, santri dan ulama bukan hanya sekadar agents of change, melainkan juga benteng moral bagi masyarakat, memberikan panduan spiritual sekaligus membangkitkan keberanian dalam menghadapi penjajahan. Kekuatan santri yang bersumber dari ajaran agama dan pendidikan pondok pesantren menjadikan mereka garda terdepan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Inilah salah satu momen historis di mana peran ulama dan santri sebagai moral compass dan pelopor perjuangan menjadi teladan yang penting bagi generasi berikutnya.
Pesan bagi Santri dan Pemuda Masa Kini
Peringatan Hari Pahlawan bukan hanya sekadar mengingat sejarah, tetapi juga menjadi refleksi bagi pemuda dan santri di era modern. Legacy yang diwariskan para pahlawan harus dilanjutkan melalui peran santri dan pemuda dalam nation building. Di era globalisasi dan teknologi ini, peran pemuda tidak lagi berfokus pada perjuangan fisik melawan penjajah, melainkan pada intelektual dan spiritual battles yang dihadapi sehari-hari, seperti penyebaran informasi yang benar, menjaga keharmonisan sosial, dan meningkatkan kualitas diri dalam berbagai bidang.
Di tengah tantangan modern seperti krisis moral, informasi yang manipulatif, dan keterbukaan budaya, santri dan pemuda diharapkan mampu menjadi pelopor perubahan yang positif. Mereka harus memegang prinsip kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sosial. Spirit “jihad” di masa kini adalah struggle for self-improvement dan usaha mengisi kemerdekaan dengan karya nyata. Santri sebagai bagian dari umat yang berpendidikan religius memiliki social responsibility untuk mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menyebarkan kebaikan dan menolak keburukan.
Pemerintah dan para tokoh agama memiliki peran penting untuk terus mengawal empowerment dan memberikan pendidikan kepada santri serta pemuda agar mereka mampu menjalankan peran tersebut secara maksimal. Program pendidikan yang lebih adaptif dengan perkembangan zaman, pelatihan keterampilan, serta ruang-ruang dialog yang terbuka sangat diperlukan untuk mendorong positive engagement di tengah masyarakat.
Mengisi Kemerdekaan dengan Semangat Inovasi dan Kreativitas
Mengisi kemerdekaan berarti turut membangun dan memajukan bangsa dalam berbagai aspek. Di era digital, santri dan pemuda diharapkan tidak hanya mampu memahami teknologi tetapi juga menggunakannya untuk hal-hal yang positif. Santri bisa berperan sebagai content creators yang menyebarkan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat, sementara pemuda secara umum dapat memanfaatkan teknologi sebagai medium untuk inovasi dan entrepreneurship.
Potensi besar ini bisa diarahkan pada social entrepreneurship yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Misalnya, para santri dapat berinovasi di bidang pendidikan atau ekonomi berbasis komunitas, mengembangkan products and services yang memperhatikan nilai-nilai moral dan kebutuhan sosial. Kreativitas juga dapat diwujudkan dalam bentuk karya seni yang memiliki pesan-pesan kebangsaan atau cultural values, sehingga turut memperkaya khasanah budaya Indonesia di panggung dunia.
Menjaga Spirit Pahlawan, Merawat Kemerdekaan
Peringatan Hari Pahlawan 2024 dengan tema peran ulama dan santri dalam peristiwa 10 November 1945 adalah pengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati saat ini tidak lepas dari pengorbanan mereka. Spirit perjuangan mereka harus kita rawat dengan mengisi kemerdekaan melalui tindakan nyata, dengan tetap berlandaskan pada moral integrity dan nilai-nilai kebangsaan.
Santri dan pemuda masa kini adalah modern-day heroes yang perannya sangat krusial dalam memajukan bangsa. Melalui pendidikan, inovasi, dan kreativitas, mereka diharapkan mampu menghadirkan perubahan yang berkelanjutan bagi Indonesia. Tanggung jawab ini tidak ringan, tetapi semangat dari para pahlawan yang telah gugur di medan perang akan selalu menjadi inspirasi dan motivasi dalam mengarungi berbagai tantangan masa depan.
Dengan mengingat jasa para ulama dan santri dalam sejarah perjuangan bangsa, kita harus menyadari bahwa tugas mereka telah diwariskan kepada kita. Semoga kita, santri dan pemuda Indonesia, dapat menjaga dan melanjutkan perjuangan tersebut dalam bentuk kontribusi positif untuk bangsa.