SeputarKita, Magetan – Suasana Pendapa Yayasan Umar Ibnul Khaththab Maospati pada Rabu malam (20/11/2014) terasa khusyuk. Jama’ah Majelis Ta’lim dan Dzikir Qalbun Salim Magetan menyelenggarakan dzikir khusus dan pengajian yang diisi oleh Gus Imam, pengasuh Pondok Pesantren Raden Patah Magetan. Usai acara dzikir bersama, Gus Imam menyampaikan pesan yang mendalam dalam ceramahnya tentang pentingnya memilih pemimpin yang shalih dan amanah.
“Pemimpin itu bukan sekadar soal pintar bicara atau tampak hebat di media dan podium. Dia harus memiliki akhlak, amanah, dan yang paling penting, takut kepada Allah,” buka Gus Imam di hadapan jamaah yang memenuhi pendapa.
Pesan dari Al-Qur’an dan Sunnah
Dalam ceramahnya, Gus Imam mengingatkan bahwa kepemimpinan adalah amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Ia mengutip firman Allah ﷻ dalam QS. An-Nisa’ ayat 58:
> “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.”
“Menjadi pemimpin itu berat. Kalau salah pilih, yang rugi bukan cuma pemimpinnya, tapi seluruh rakyatnya. Karena itu, kita harus betul-betul teliti. Jangan hanya terpukau dengan janji-janji, tapi lihat bagaimana akhlaknya dan apakah dia benar-benar amanah,” tegas Gus Imam.
Beliau juga mengutip hadits Nabi ﷺ yang menyebutkan bahwa kepemimpinan bisa menjadi penyesalan di hari kiamat jika tidak dijalankan dengan amanah. “Kekuasaan itu nikmat di awal, tapi bisa jadi musibah di akhir kalau hanya dijadikan alat mencari dunia,” tambahnya.
Pemimpin adalah Pelayan, Bukan Penguasa
Mengambil teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Gus Imam mengingatkan bahwa pemimpin sejati adalah pelayan rakyat. “Pemimpin itu bukan raja. Dia adalah khadim, pelayan rakyatnya. Kalau sampai mengkhianati amanah, Rasulullah ﷺ telah memperingatkan bahwa surga akan diharamkan baginya,” ujar Gus Imam dengan penuh penekanan.
Namun, beliau juga mengingatkan bahwa rakyat memegang peranan penting dalam menentukan pemimpinnya. “Kita ini sering lupa. Pemimpin itu cerminan rakyatnya. Kalau kita ingin pemimpin yang baik, kita juga harus memperbaiki diri. Jangan hanya sibuk mengeluh tanpa introspeksi,” ujarnya.
Doa dan Harapan untuk Magetan
Menutup ceramahnya, Gus Imam mengajak seluruh jamaah untuk berdoa agar Magetan diberikan pemimpin yang shalih, amanah, dan mencintai rakyatnya. “Marilah kita berdoa seperti Nabi Sulaiman ‘alaihis-salam, agar diberikan kemampuan untuk bersyukur dan beramal shalih. Jangan sampai salah pilih, karena pilihan kita akan menentukan masa depan dunia dan akhirat,” ujarnya dengan penuh harap.
Beliau menambahkan, “Magetan ini butuh pemimpin yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memahami bahwa jabatan itu amanah dari Allah. Jadi, pilihlah pemimpin yang shalih, yang takut kepada Allah, yang hatinya bersih, dan yang sungguh-sungguh peduli kepada rakyatnya.”
Dengan senyum hangat, Gus Imam menutup sesi dzikir dan pengajian tersebut. Ceramah beliau tidak hanya menggugah hati, tetapi juga mengingatkan bahwa memilih pemimpin yang shalih dan amanah adalah tanggung jawab bersama. (red)