SeputarKita, Magetan – Panglima Brigade Anti Komunis Indonesia (BAKI), Gus Imam mengaku kecewa dengan pernyataan Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa yang menghapus larangan keturunan Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi Anggota TNI.
Gus Imam menyatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah mengabaikan sejarahnya. “Terlalu pahit kalua kita bicara sejarah berdarah PKI di masa silam. Perih rasanya hati ini, kalau mengingat para Ulama’, Kyai, Santri, Anggota Banser, dan Tokoh-Tokoh Islam disembelih, dianiaya dan dihabisi oleh PKI. Ummat Islam dahulu bahu membahu dengan TNI untuk memberangus PKI tapi kenapa sekarang justru malah mendukung PKI?, Pertanyaan saya ADA APA DENGAN PANGLIMA, apa sudah lupa pelajaran sejarah?. Berapa Jenderal TNI yang sudah syahid karena dibunuh oleh PKI?,” Ungkapnya.
Komunisme yang pernah mengejawantah ke dalam PKI telah terbukti melakukan makar, baik terhadap ideologi Pancasila maupun kekuasaan pemerintahan yang sah namun moderasi demi moderasi terhadapnya melalui kebijakan publik makin terasa. Jika kita tidak waspada, pasti ideologi yang jelas bertentangan dengan sebagian besar anak bangsa Indonesia ini akan bangkit kembali melalui kebijakan publik yang makin menguatkan posisinya. Bangsa ini pun telah mengalami pahit getirnya kehidupan akibat sering melupakan sejarah, tidak mengambil pelajaran darinya dan membiarkan sejarah pilu terus berulang.
Meninjau fakta sejarah, Ideologi Komunis memang tidak akan pernah mati, sekali pun ideologi itu tidak bersesuaian dengan fitrah manusia dan nilai-nilai ilahiyah. Gus Imam memandang adanya Perkembangan Pesat Perjuangan Ideologi Komunis akhir akhir ini, eksistensinya untuk menguji seberapa tangguh bangsa Indonesia memahami, mematuhi serta mengadaptasikan ideologi bangsa yang dianutnya yakni Pancasila.
Mengakhiri penuturannya Gus Imam mengajak semua anak bangsa khusunya para generasi muda islam untuk sadar, bahwa musuh bersama bangsa ini adalah komunisme dengan segala pengejawantahannya, bukan Islam yang sering dipojokkan dengan sematan radikal atau teroris.