SeputarKita, Magetan – Pagi baru saja menyapa sekawanan burung yang sedang bersenandung, ketika di salah satu rumah sederhana di Dusun Jomblang, RT.03, RW.09, Desa Pupus, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan. Telah menyelesaikan aktifitas di dapur, memasak nasi dan lauk seadanya, membungkus beberapa untuk bekal, dan bersama keluarga memakan sisanya.
Iluh Eny Susanti, ibu muda dari dua orang putra – putrinya ini bergegas menyiapkan karung besar dan sepeda mini disamping rumah, begitu semua kegiatan rumah usai, dua orang buah hatinya menghampiri, siap menyongsong hari bergelut dengan sampah-sampah botol dan debu jalanan.
Setelah berpamitan dengan sang suami yang juga tengah bersiap dengan karungnya, Iluh mengayuh sepedanya perlahan, Anak laki-laki kecilnya berada di depannya dan anak perempuan bungsunya berada di boncengan.
Sedangkan sang suami, Budi Santoso setelah menutup pintu-pintu rumah dan memastikan semua aman, lantas berjalan lurus ke belakang rumah menuju sungai terdekat, berencana mengais botol-botol plastik di sepanjang pinggir sungai.
Satu-satunya sepeda mini yang sudah berkarat, digunakan oleh sang istri dan anak-anaknya, dengan tujuan memudakan mereka mengais sampah daur ulang.
Tidak mengapa ia berjalan jauh menyusuri sungai, kaki-kakinya sudah terbiasa dan kuat, ia mengalah untuk anak-anak dan istrinya.
Budi Santoso saat ditemui di kediamannya |
Di tempat lain. Setelah keluar dari desa tempat tinggalnya, wanita dua puluh Sembilan tahun bersama kedua anak-anaknya ini turun dari sepeda mini, di dorongnya sepeda itu di sepanjang jalan, sembari berhenti sesekali untuk mengorek tempat sampah, atau memungut botol-botol plastik yang berserakan di jalan.
Jika beruntung, mereka akan bertemu beberapa warga baik hati yang sengaja mengumpulkan sampah daur ulang untuk mereka. Sepanjang jalan, sekuat kaki melangkah, tidak seorangpun yang tidak kenal sosok ibu tangguh ini, sosok anak-anak yang selalu mengiringi sang ibu, menemaninya bekerja tak peduli penat dan terik matahari yang siap membakar kulit.
Kini botol-botol itu terkumpul di dalam karung, menempati boncengan sepeda mini menggantikan sang anak perempuan yang sekarang berjalan mengiringi di belakangnya, sang adik masih nyaman duduk di jok sepeda memegang setir bersebelahan dengan kedua tangan sang ibu yang menuntun sepeda itu dan menjaganya agar tetap seimbang. Perjalanan mereka tempuh seharian penuh, dengan sabar dan telaten mengumpulkan satu dua botol bekas dari desa ke desa, dari kampung ke kampung sampai ke kota kecamatan.
Sesekali senyum cerah menghiasi pipi yang penuh peluh ke dua anak itu, begitu mereka menemui orang-orang yang memberikannya beberapa makanan ringan dan minuman. Keduanya menerima dengan penuh terimakasih, mata berbinar terang seolah-olah mereka baru saja menemui malaikat kebaikan. Sungguh begitu sederhananya arti sebuah kebahagiaan untuk mereka.
Anak-anak ini seakan tidak mengenal kata lelah. Kemana sang ibu pergi, keduanya selalu mengiringi. Setelah karung besar yang mereka bawa telah penuh dan hari merangkak sore, ke tiga orang tersebut melanjutkan langkah kakinya untuk kembali pulang, mengistirahatkan sendi-sendi yang telah lelah. Hari demi hari kurang lebih 2 Km sampai 4 Km mereka lalui hanya untuk sesuap nasi.
Belum lagi, kalau botol-botol bekas yang mereka kumpulkan dan mereka pilah pilah telah mencukupi dan layak untuk dijual, mereka harus menempuh jalan sampai 10 Km ke tetangga kota kecamatan, tepatnya ke kecamatan parang, menjual hasil botol bekas yang mereka kumpulkan pada pengepul yang bertempat tinggal di tetangga kota kecamatan itu. Terkadang juga, sang ayah yang mengantarkan kesana dengan motor bututnya. Mereka sudah terbiasa berbagi tugas.
Ketika di temui teman-teman relawan 24 jam yang pada saat itu membantu membenahi rumah beliau, ibu muda ini tidak bisa membendung tetes air matanya, menceritakan kisah-kisahnya yang begitu mengharukan.
“Bagi kami orang tidak mampu, kesuksesan tidak di ukur dari berapa besar hasil yang kami peroleh, akan tetapi di ukur dari bagaimana kami menikmati dan menjalani proses hidup ini dengan sabar dan ikhlas”
Satu lagi pembelajaran yang kami dapat dari keluarga tangguh “pengumpul botol bekas ini”. Apapun pekerjaannya, jika itu halal dan dilakukan dengan tekun dan ikhlas, pasti Allah akan memberikan ridho dan rezeki-Nya, entah langsung dengan tanganNya sendiri, atau membangunkan dan menggugah hati orang-orang yang dipilihnya, membuka mata hati mereka untuk senantiasa memerhatikan dan meringankan beban orang-orang yang tidak kenal lelah untuk berjuang. Seperti halnya keluarga tangguh ini. (Anie, R24J)