USTADZ IMAM : KALAU MENJAWAB SALAM YANG BENAR

Ustadz H. Imam Yudhianto, SH, SE, MM saat mengisi ceramah singkat pada Komunitas Budaya Abdi Maospati Metaraman di Tinap Sukomoro Magetan, Sabtu, 05/10/2019.

Magetan, Seputarkita – “Kalau menjawab salam, jawablah dengan kalimat wa’alaikumussalâm, jangan wa’alaikum salam.” Demikian kata Ustadz H. Imam Yudhianto, SH, SE, MM saat mengisi ceramah singkat pada Komunitas Budaya Abdi Maospati Metaraman di Tinap Sukomoro Magetan, Sabtu, 05/10/2019.

Mubaligh Muda Muhammadiyah ini menyampaikan hal tersebut di saat menjelaskan tafsir Surat An-Nisa ayat 86 yaitu : wa idzâ huyyîtum bi tahiyyatin fa hayyû bi ahsana minhâ aw ruddûhâ (apabila kalian diberi penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau dengan yang sepadannya).

Menurut Ketua Yayasan Pendidikan Islam ‘Umar Ibnul Khaththab Magetan ini, orang yang mengucapkan salam kepada kita dengan mengucapkan as-salâmu ‘alaikum kata salâm-nya (di dalam Bahasa Arab) menggunakan “al” ma’rifat. Maka, sebagaimana perintah ayat di atas membalasnya pun harus dengan menggunakan “al“ ma’rifat biar balasannya sepadan. Dengan demikian maka menjawab salam harus dengan kalimat wa’alaikumussalâm, bukan wa’alaikum salâm di mana kata salâm-nya berupa isim nakirah, tanpa “al”.

Lalu apa perbedaan makna di antara keduanya?

Ustadz Imam yang juga Dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Madiun ini menjelaskan bahwa ketika kata salâm menggunakan isim ma’rifat (dengan adanya “al” di depannya) maka itu berarti salam (keselamatan) yang disampaikan adalah salam yang berasal dari Allah, bukan salam dari selain-Nya. Namun bila kata salâm ini diucapkan dalam bentuk isim nakirah (tanpa “al” di depannya) maka makna salam ini masih umum, tidak tertentu yang berasal dari Allah.

Karenanya menjawab salam dengan kalimat wa’alaikum salâm tidak sesuai dengan perintah ayat tersebut, karena membalas secara tidak sepadan dengan salam yang diberikan oleh pengucapnya.

Lebih lanjut Ustadz Imam menyampaikan tentang keutamaan pahala bersalam dengan lengkap. Ada sebuah kisah di masa Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam, dalam riwayat yang shahih dari Imam Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad, bahwa Shahabat Imron bin Husain menceritakan, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum. Maka nabi menjawabnya dan orang itu kemudian duduk. Nabi berkata, “Dia mendapat sepuluh pahala.” Kemudian datang orang yang lain mengucapkan Assalamu ‘alaikum warahmatullah. Maka Nabi menjawabnya dan berkata, “Dua puluh pahala baginya.” Kemudian ada yang datang lagi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Nabi pun menjawabnya dan berkata, “Dia mendapat tiga puluh pahala.”

“Jadi jamaah sekalian, jika kita mengucap salam, monggo dilengkapi sekalian, agar kita mendapat pahala yang sempurna,” tuturnya. (red)

Check Also

Pemerintah Desa Ngendut, Mengucapkan Selamat Hari Jadi Kabupaten Ponorogo Ke -523 dan Sukses Grebeg Suro Tahun 2019

Pemerintah Desa Ngendut, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Mengucapkan Selamat Hari Jadi Kabupaten Ponorogo Ke -523 …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *