harianseputarkita, Magetan – Dalam rangkaian acara memperingati hari jadi Kabupaten Magetan yang ke-343, Pemerintah Kabupaten Magetan mengadakan kirab Nayogo Projo serta Andum Bolu Berkah Rahayu.
Acara tersebut dilaksanan dengan meriah di alun – alun Kabupaten Magetan dan dihadiri ribuan warga setempat dan wisatawan luar Magetan yang ingin menyaksikan acara tahunan tersebut.
Nayoko Projo adalah para punggawa Kabupaten Magetan yang terdiri dari Bupati Magetan, Wakil Bupati Magetan, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah ( Forkopimda) yang berjalan menggelilingi Kota Magetan untuk bertatap muka dengan seluruh rakyat Magetan. Dibarisan belakang ada iring – iringan Roti bolu yang merupakan makanan khas Kabupaten Magetan.
Roti bolu yang nantinya akan menjadi rebutan ribuan warga memiliki berbagai macam bentuk, diantaranya, lesung, bedug, buceng, gong dan judang alias wujud tumpeng. Untuk menyusun berbagai wujud itu dibutuhkan sedikitnya 11 ribu kue bolu dengan waktu penyusunan berkisar 2 hari.
Bupati Magetan, Soeprawoto, mengatakan, tradisi tahunan ini diharapkan mampu menjadi sarana untuk kembali mempertegas budaya asli Kabupaten Magetan, bagaimana seorang pemimpin, bisa mendekat dan berbaur bersama rakyatnya.
“Ini adalah tradisi budaya yang harus kita lestarikan. Apalagi kita tahu, Magetan adalah Kabupaten yang memiliki kebudayaan dan itu harus dijaga bersama,”kata Bupati Soeprawoto, Kamis (27/9/2018).
Bukan tanpa alasan mengapa ribuan bolu itu dibuat bermacam-macam wujud. Wujud lesung bermakna adanya bulan Suro (dikonotasikan untuk warga non muslim). Sedangkan bedug lebih mengarah pada makna bulan Muharram (untuk warga muslim).
“Keduanya adalah alat komunikasi. Seperti bedug ini bermakna untuk warga muslim, karena merupakan panggilan sholat,”tambahnya.
Selain Lesung dan Bedug, ada wujud buceng dalam tatanan roti bolu rahayu. Wujud buceng yang meruncing ke atas, dimaknai sebagai simbol bahwa segala sesuatu kembalinya adalah pada yang di Atas atau Tuhan Yang Maha Esa.
Simbol buceng itu diharapkan sebagai sarana masyarakat untuk instropeksi diri, demi mendapat keselamatan di dunia maupun akhirat. Wujud gong merupakan permas atau simbol woro-woro.
Sebab, zaman dahulu ketika ada keramaian di pusat kota, simbolnya adalah ditabuhnya gong. Sehingga mampu menjadi magnet bagi masyarakat Magetan untuk berkumpul dan bersama-sama meraup keselamatan.
Ada pula tumpeng yang dibuat dari hasil bumi. Seperti kubis, tomat, wortel, kacang panjang, hingga buah nanas.
“Wujud hasil bumi ini sifatnya simbolis. Jika telaga Sarangan rutin dilarungkan tumpeng berupa nasi, ini kami kemas dalam wujud hasil bumi. Dengan harapan, masyarakat bisa lebih bersyukur serta kian sejahtera,”ucapnya.
Saat diarak mulai dari Pendapa Surya Graha, masyarakat sudah menyemut didalam alun-alun Magetan. Setelah Bupati Magetan Soeprawoto memimpin prosesi, pembagian bolu secara simbolis, ribuan bolu yang sudah dikemas berbagai wujud itu, menjadi rebutan ribuan masyarakat yang sudah menanti.
Dilanjutkan Menyaksikan tari massal (tari gendowo langkap) dari SMKN 1 Magetan. Tidak perlu waktu lama ribuan bolu ludes menjadi rebutan ribuan warga Kabupaten Magetan yang telah melingkari alun- alun Magetan. Warga berharap mendapat berkah dari roti bolu yang dibagikan oleh Bupati Magetan, Soeprawoto kepada warga tersebut.
Ditambahkan Kepal Dinas Disparbud Magetan, Bambang Setyawan mengatakan dalam kegiatan semua pejabat Pemkab Magetan memakai baju adat jawa yang bermakna persatuan.
“Ribuan Bolu Rahayu yang di siapakan pihaknya, supaya bisa rata untuk seluruh pengunjung nantinya,”pungkas Bambang. (aryo)